Logo

Waspada Dampak Buruk Upal Bagi Masyarakat Hingga Naiknya Inflasi

KOTA BENGKULU – Pengamat Ekonomi Universitas Bengkulu (Unib) Yefriza, SE, MPPM, Ph.D. mengatakan, peredaran uang palsu (Upal) sangat berdampak buruk bagi masyarakat, karena masyarakat mengalami kerugian besar dari hadirnya Upal yang tidak disadari.

Hal tersebut karena Upal sering diedarkan di pasar maupun pusat perbelanjaan lainnya, sehingga yang pertama kali terkena dampak upal adalah warga menengah kebawah yang sering bertransaksi langsung menggunkan uang tunai.

“Biasanya upal itu diedarkan melalui pusat perbelanjaan dan pertokoan, kalau orang lagi ramai tanpa disadari uang yang dibayarkan itu palsu tidak ada nilainya, jadi yang pertama kali terkena dampaknya ya masyarakat itu sendiri, seperti pedagang, karena dia mendapat pembayaran tetapi tidak ada nilainya ” ujar Yefriza pada Rabu (30/5/2018).

Lebih lanjut kata Yefriza, masyarakat menengah kebawah, kebanyakan menggunakan uang cash (langsung) dalam kehidupan sehari-hari.

“Masyarakat menengah bawah, yang banyak menggunakan uang cash dalam kehidupan sehari-hari, kalau orang golongan menengah atas terkadang menggunakan kartu kredit/debit,Atm jadi mereka tidak begitu terdampak dengan uang palsu karena transaksi cash juga ga sebanyak golongan menengah kebawah,” beber Yefriza.

Kemudian jika dilihat dampak terhadap perekonomian dalam skup yang lebih luas, ada oknum yang menelurkan uang diluar ketentuan yang diatur oleh Bank Indonesia (BI) dan jumlah uang yang beredar merupakan instrument kebijakan moneter, jadi jika ada yang menghasilkan upal sama dengan memalsukan jumlah uang yang beredar.

“Kalau jumlah uang yang beredar tidak sesuai dengan hitungan BI, ini akan mempengaruhi perekonomian daerah ini secara keseluruhan, mungkin dengan uang itu, inflasi akan terdorong naik” imbuhnya.

Inflasi yang terdorong naik bukanlah tanpa alasan. Jumlah uang yang ada di masyarakat menjadi banyak karena hadirnya Upal yang didistribusikan dari pihak tidak berwenang.

Sementara stok barang tidak meningkat jadi permintaan lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia, hal itulah yang mendorong naiknya harga barang sehingga timbullah inflasi.

“Kalau inflasi tidak terkendali tentu akan merugikan perekonomian secara keseluruhan hingga akhirnya orang jadi tidak percaya dengan mata uang kita” kata Yefriza.

Maka dari itu, BI selalu mengedukasi masyarakat agar memahami ciri-ciri upal seperti dilihat, diraba, diterawang, supaya masyarakat bisa mengetahui rupiah yang digunakan bernilai atau tidak.