Logo

Unik! Ini Cara Warga Desa Tebing Kaning Peringati Tahun Baru Islam

Warga Desa Tebing Kaning Peringati Tahun Baru Islam

Warga Desa Tebing Kaning Peringati Tahun Baru Islam

BENGKULU UTARA – Peringatan hari tahun baru islam ke 1440 Hijriah selalu diperingati oleh seluruh masyarakat diseluruh penjuru Indonesia. Jika di kota Bengkulu dengan menggelar festival tabut, lain halnya dengan warga di Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arma Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara. Di desa itu, warga menggelar tradisi suroan takir plontang sebagai bentuk peringatan malam satu suro (dalam kalender jawa) atau satu muharam.

Daud, selaku kepala adat Desa Tebing Kaning menyampaikan, kegiatan suroan takir plontang ini merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang yang harus dilestarikan oleh para penerusnya. Berdasarkan pesan dari nenek moyang, kata Daud warga Desa Tebing Kaning diharuskan untuk memperingati hari tahun baru islam. Caranya pun sederhana, cukup dengan memasak nasi beserta lauk pauk yang diruh di dalam takir atau wadah makanan yang terbuat dari daun pisang atau janus yang dibentuk menyerupai kapal.

Kemudian, lanjut Daud takir-takir tersebut dijejerkan di sepanjang jalan raya desa dan didoakan. Setelah itu takir tersebut oleh warga dinikamti bersama. “jadi ini merupakan adat istiadat dari warga Desa Tebing Kaning, dimana pesan dari mbah-mbah dulu, setiap tahunnya harus diperingati, meski hanya sederhana” papar Daud, Senin (10/9) malam.

Selain itu, tradisi ini tidak hanya dihadiri oleh seluruh warga Desa Tebing Kaning saja, namun anggota DPRD provinsi Bengkulu, anggota DPRD BU, serta Camat Arma Jaya juga turut hadir menyaksikan tradisi ini.

Dedy Syafroni, anggota komisi III DPRD Bengkulu Utara mengatakan, terdapat 4 desa yang memperingati 1 suro ini, yakni desa Tebing Kaning, Sidourip, Sidodadi dan Kemumu. Jika di Desa Tebing Kaning menggelar suroan takir plontang, 3 desa lainnya menggelar dengan pagelaran wayang.

Dedy berharap kegiatan ini tetap dijaga kelestariannya, lebih ditata kembali serta lebih ditingkatkan kembali. “saya berharap tradisi ini tetap dijaga, dan tahun depan lebih ditata kembali serta lebih ditingkatkan lagi kemeriahannya. Kalau bisa tradisi ini jadi destinasi wisata tahunan” tandasnya.