Bengkulu #KitoNian

Remaja Ini Wakili Bengkulu Sebagai Ashoka Young Changemaker

Finallis AshokaYoung Changemakers. Foto,Dok.

BENGKULU – Siswa SMA N 7 Bengkulu beserta Mahasiswi Universitas Bengkulu, menjadi perwakilan Provinsi Bengkulu sebagai Ashoka Young Changemaker.

Ashoka Young Changemaker sendiri merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mencari bibit unggul dari usia 10 hingga 19 tahun yang sudah membawa perubahan di masyarakat.

Perwakilan Ashoka Provinsi Bengkulu, Fahry menuturkan tujuan dari generasi tersebut adalah menumbuhkan keinginan dan keterampilan setiap orang dalam perubahan positif dengan menumbuhkan rasa empati serta praktek keterampilan di kalangan anak-anak muda.

“Tujuan dari Ashoka sendiri adalah untuk mencari anak-anak muda yang sudah melakukan perubahan dan melaksanakan social project dalam berbagai macam bidang yang tentunya bermanfaat untuk masyarakat. Ashoka juga ingin menumbuhkan paradigma baru, bahwa kemampuan menggerakkan perubahan merupakan kunci tumbuh kembang anak muda,” kata Fahry pada Bengkulunews.co.id Rabu (31/05/23) siang.

Ia sendiri dinobatkan menjadi seorang Ashoka Young Changemaker, karena sudah mendirikan suatu social project inisiatif yakni “Generasi Anti Kekerasan (GAK)”. GAK sendiri merupaknn organisasi pemuda yang bertujuan untuk memberikaan edukasi serta mengadvokasi Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) dan Kekerasan Seksual Berbasis Elektronik (KSBE).

Finalls Ashoka Young Changemarker. Foto,Dok.

Projek ini sendiri sudah berdampak bagi banyak masyarakat, sejak adanya covid-19. Ia menegaskan tugasnya adalah mendorong masyarakat agar lebih perduli terhadap kasus KBGO dan KSBE, karena telah membawa perubahan bagi orang banyak.

Kegiatan tersebut dilaksanakan selama lima hari empat malam, di Hotel Santika Primerie Slipi, Jakarta Barat. Mulai dari diskusi sesama finallis dari sembilan provinsi di Indonesia, Talkshow di bentara budaya dengan tema “Re Definisi Sukses Pendidikan Anak Muda” yang diisi oleh Najela Shihan, Nabila Ishma dan Abigailmuria.

Kemudian peserta melanjutkan final Workshop, dengan mempresentasikan inisiatif mereka di depan para panelis dan pimpinan Ashoka. Salah satu panelis Fahry adalah Jovial Da Lopez selaku Chief Creative of Narasi TV.

“Kemudian hari keempat kita melakukan workshop dari berbagai Ashoka fellow yang sangat keren dan tentunya memberikan ilmu bermanfaat untuk kami para finallis,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, Fahry bersama perwakilan Bengkulu lainnya, mahasiswi Unib bernama, Devy Janisca Shalihi yang mendirikan sebuah komunitas bernama Happy Place Indonesia.

Fahry berharap Bengkulu dapat lebih perduli terhadap anak muda dan dapat menjadi daerah ramah anak.

“Kemudian Reses Partisipatif pemerintah belum banyak yang menyasar ke kelompok anak muda. Harapannya pemerintah lebih peduli terhadap komunitas anak dan pemuda, agar suara mereka terdengar. Kita juga ingin diikut sertakan di Musrembang karena sesuai prinsip “No one Leave Behind”, tiada satu yang ditinggalkan. Maka dari itu kami berharap anak dan orang muda, bisa turut andil dalam perubahan pembangunan untuk mencapai Sustainable Development Goals 2045,” demikian Fahry.

Baca Juga
Tinggalkan komen