Logo

Pelatihan Merajut Dapat Membantu Hilangkan Beban Perempuan Penyintas

BENGKULU – Direktur Yayasan Pusat Pendidikan Untuk Perempuan dan Anak (PUPA), Susi Handayani menuturkan dalam kegiatan program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Penyintas dirinya memilih memberikan pelatihan merajut bagi para peserta.

Menurutnya merajut sendiri selain membantu untuk pemberdayaan perekonomian para perempuan penyintas juga dapat membantu mereka dalam menghilangkan beban yang tengah dirasakan.

“Sebenarnya banyak ragam keterampilan, tetapi kita juga harus melihat kira-kira apa yang bisa kita fasilitasi. Kemudian merajutlah yang dipilih, selain peralatannya yang fleksible atau mudah dibawa kemana-mana. Kami juga mengharapkan dengan merajut ini bisa menghilangkan beban atau semacam hilang bagi mereka,” kata Susi pada Bengkulunews.co.id Jumat (07/07/23) siang.

Mengingat dalam merajut sendiri, peserta diminta untuk tetap fokus dan tenang. Merajut sendiri memiliki metode yang mampu melatih kesabaran, sehingga peserta bisa mengalihkan pikiran mereka menjadi tenang.

Selain itu merajut sendiri dapat menjadi alternatif bagi para penyintas untuk sumber penghasilan. Tidak hanya merajut peserta juga dilatih dan dikenalkan bagaimana memasarkan produk secara online sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

“Juga belajar bagaimana cara pengemasan dan publikasi secara digital, karena kita tahu sekarangkan pemasaran tidak perlu manual tapi lewat media sosial,” sambungnya.

Terakhir nantinya Ia akan menghadirkan Kemenkumham untuk  nantinya membantu legalitas usaha para penyintas, agar para peserta dapat mengembangkan UMKMnya. Sehingga peluang-peluang untuk penngkatan kapasitas dan bantuan usaha peserta dapat dihasilkan.

Adapun peserta berjumlahkan 25 orang tersebut sekitar 37,7 persen merupakan korban penelantaran, kekerasan fisik dan KDRT.

“Para penyintas bisa mandiri jika mereka bisa memanfaatkan keahlian yang mereka miliki. Kita disini hanya menguatkan apa yang mereka punya sehingga mereka punya penghasilan dan bisa lepas dari kekerasan yang mereka alami,” demikian Susi.