
“Teknologi bukanlah pengganti manusia dalam berdakwah, tapi ia adalah perpanjangan tangan dakwah yang mampu menjangkau hati dari jarak yang tak terbatas.” — Dr. Hendra Gunawan, pakar komunikasi Islam digital.
Perkembangan teknologi digital telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam dunia dakwah. Kini, ustaz dan pendakwah tak hanya menyampaikan pesan lewat mimbar dan pengajian, tetapi juga melalui media sosial, podcast, hingga aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI).
Fenomena ini membuka peluang besar dalam menjangkau masyarakat luas, terutama generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi. AI bukan hanya sekadar alat, tetapi menjadi medium strategis untuk menyampaikan pesan-pesan keislaman secara efektif, cepat, dan sesuai konteks zaman.
AI memungkinkan personalisasi dalam berdakwah. Melalui chatbot Islami, seperti Muslim Assistant dan AskIslam, umat bisa bertanya soal hukum fikih, jadwal salat, hingga tafsir ayat dengan cepat. Menurut Prof. Ahmad Munif dari UIN Jakarta, “AI dapat menjadi asisten dakwah yang responsif, namun tetap perlu pengawasan ulama agar tak terjadi penyimpangan konten.”
Di sisi lain, algoritma AI dapat menganalisis tren sosial media dan kebutuhan spiritual pengguna, sehingga pesan dakwah bisa disesuaikan dengan gaya bahasa dan topik yang relevan. Sebuah studi oleh MIT tahun 2023 menunjukkan bahwa konten dakwah yang didukung AI mengalami peningkatan engagement sebesar 60% dibanding dakwah konvensional di platform digital.
Namun, perlu diwaspadai bahwa AI tidak memiliki nurani dan nilai etik secara alami. “AI bisa saja menyampaikan ayat atau hadis secara literal tanpa memahami konteksnya,” jelas Dr. Lina Suryani, pakar etika teknologi dari Universitas Gadjah Mada. Oleh karena itu, peran manusia tetap sentral dalam mengarahkan dan mengawasi teknologi ini.
Kehadiran AI dalam dakwah bukan untuk menggantikan para dai, tetapi untuk memperkuat jangkauan dakwah Islam di era digital. Dakwah yang adaptif terhadap perkembangan zaman adalah bagian dari hikmah Islam itu sendiri.
Maka, penting bagi para pendakwah, ulama, dan institusi keislaman untuk bersinergi dengan para ahli teknologi guna menciptakan sistem dakwah berbasis AI yang aman, terpercaya, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Inilah saatnya dakwah tak hanya menembus hati, tetapi juga dunia maya.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!