
Ilustrasi. By AI
Indonesia sendiri sudah memerlihatkan cara pada memperbaiki mutu sebagian aspek kehidupan baik pendidikan juga sosial.(Nidia dkk, 2022) Teringat aspek pendidikan juga sosial tidak bisa terpisahkan sebab dalam dasarnya pendidikan dengan baik memilih kehidupan sosial secara aman. Hal ini diperlihatkan dengan adanya perubahan-perubahan pada kurikulum. Seiring berjalannya waktu, kurikulum di Indonesia mengalami perubahan-perubahan. Dalam hal ini sekolah dalam pelaksana pendidikan sangat berkepentingan dan tentu saja menjadi lahan utama yang akan terkena imbasnya. Dan semua pihak, baik orang tua, masyarakat, dan semua jajarannya birograsi juga mendapatkan dampak langsung dari perubahan-perubahan kurikulum itu. Oleh karna itu kurikulum ini harus disikapi secara positif dengan mengkaji dan memahami penerapannya di sekolah. (Nimawati dkk, 2020)
Banyak alasan mengapa terjadi perubahan kurikulum, disamping alasan kurikulum sebelumnya harus disempurnakan karna ada kekurangan disana-sini, serta perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan niatan untuk perbaikan sistem pendidikan, tetapi yang paling mendasar adalah agar kurikulum yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab tentang zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing dimasa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Indah dkk, 2023)
Langkah pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan terus memperbarui dan memperbaiki kurikulum. Salah satu kurikulum yang sedang diupayakan adalah kurikulum merdeka belajar. Merdeka belajar dimaknai sebagai rancangan belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dengan santai, tenang, tidak merasa tertekan, gembira tanpa stress dan memperhatikan bakat alami yang dimiliki para siswa.
Pendidikan Agama Islam sebagai rangkaian mata pelajaran Islam disampaikan baik secara formal di sekolah ataupun informal dan nonformal di rumah dan masyarakat dengan materi yang diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi harus merespons kebijakan “Merdeka Belajar” ini secara baik dengan melatih peserta didik dibawa pengawasan guru Pendidikan Agama Islam untuk senantiasa berpikir kritis (critical thingking) hingga diharapkan peserta didik bisa memiliki pemikiran yang lebih matang, lebih bijak, lebih cermat agar peserta didik mampu untuk memahami, mengembangkan dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Lukum dalam Putriani & Hudaidah, menyatakan bahwa terdapat tiga kompetensi besar di abad ke-21, yaitu kompetensi berpikir, bertindak dan hidup di dunia. Kompetensi berpikir meliputi berpikir kritis, berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Kompetensi ini harus diterapkan dalam pembelajaran abad ke-21 kerana pada era ini memerlukan orang yang inovatif serta kreatif untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat. Hal untuk perhatian perlu guna pemerintah Republik Indonesia bisa secepat mengadakan sarana juga prasarana dalam memadai guna berhadapan pada berkembangnya global, yakni era society 5.0. (Effendy)
Adanya kurikulum memberikan arahan dan pandangan yang jelas mengenai kompetensi pembelajaran apa saja yang akan dicapai demi mencapai tujuan pendidikan nasional. (Indarta) Kurikulum yang berlaku di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang menerapakan kurikulum merdeka dengan kebijakan Merdeka Belajar adalah SMK Negeri 1 Arga Makmur yang mengintegrasikan menginterkorelasikan ilmu dan nilai-nilai keislaman dalam kerangka Outcome Based Education (OBE). Lebih lanjut lagi, di Sekolah Menengah Kejuruan tersebut guru sudah cakap teknologi dan menerapakan model pembelajaran abad 21 khusunya Model Pembelajaran P5 (Projek Penguatan Profil Pelajara Pancasila) Kurikulum Merdeka.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara teoritis dan empiris data hasil penelitian tentang hubungan kontinuitas belajar dan model pembelajaran abad 21 (model P5) terhadap Prestasi belajar PAI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kontinuitas belajar dan model pembelajaran P5 terhadap prestasi belajar PAI siswa di SMKN 1 Argamakmur.
Terdapat upaya uuntuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMKN 1 Argamakmur adalah dengan meningkatkan kontinuitas belajar. Kontinuitas belajar dapat memberikan kesadaran pada siswa untuk berusaha mencapai hasil belajar yang diinginkan. Kontinuitas belajar yang tinggi akan membentuk suatu keinginan yang kuat bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara terus menerus dan teratur agar mendapatkan prestasi belajar yang baik. Sehingga kontinuitas belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Selain itu juga, Profil Pelajar Pancasila memiliki desain kompetensi yang melengkapi fokus pada penanaman karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mencapai standar kompetensi lulusan pada semua jenjang satuan Pendidikan. P5 merupakan salah satu cara untuk mencapai profil Pelajar Pancasila yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses pembentukan karakter, serta kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitar.
Oleh: Shinta Lestari Oktarini, M.Pd.
Dosen Pendidikan Agama Islam, Universitas Bangka Belitung
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!