Bengkulu News #KitoNian

Cerita Perjuangan Pedagang Obat Tradisional di Pasar Minggu

Pedagang tradisional di Pasar Minggu Kota Bengkulu. Foto, Gita/BN

Memulai suatu bisnis mungkin adalah hal yang sangat biasa dalam hidup ini, banyak alasan dibalik mengapa orang-orang ingin memulai bisnis. Alasan paling utama pastiya adalah menyambung hidup. Susahnya lapangan pekerjaan memang membuat beberapa dari kita lebih memilih untuk membuka usaha.

Salah satunya adala Diarni (53th) yang membuka usaha berjualan rempah-rempah dan obat-obatan tradisional di wilayah Pasar Minggu Kota Bengkulu.

Ia telah berjualan selama 16 tahun lamanya, Diarni memulai usahanya hanya bermodalkan uang Rp 500.000 untuk membuka usahanya ini.

“ Awalnya di tahun 2005 saya memulai usaha hanya 500 ribu pada tahun itu,” katanya ditemui bengkulunews.co.id, Jum’at (13/01/23) siang.

Dengan uang ini ia memulai dengan mencari bahan-bahan dan obat-obat tradisonal dengan membeli ke pemasok atau orang-orang yang menjajakan barangnya. Diarni membuka kiosnya sejak pagi jam 9 hingga jam 5 sore.

Ia berjualan di pinggir ruko dekat masjid pasar minggu. Sejak dulu ia tidak pindah, karena banyaknya pembeli yang mencarinya dan sudah hapal tempat ia berjualan. Untuk lapak kiosnya ia hanya membayar harian.

“Saya bersyukur di sini saya cuma bayar harian untuk sewa juga uang sampah, tetapi pembeli juga ramai karena lokasi saya yang terlihat orang banyak,” ucapnya.

Dengan modal awal yang tidak banyak, dan rentang waktu yang lumayan lama. Siapa sangka Diarni mampu meraih keuntungan, tentunya dengan berbagai halangan dan rintangan yang ia lalui untuk berjualan.

Ia banyak menjual rempah-rempah dapur mulai dari rempah umum dan yang sulit kita jumpai seperti cengkeh, buah pinang dan bumbu lain yang biasa dijadikan obat tradisional. Bahan-bahan ini biasanya susah dijumpai di wilayah perkotaan.

“Saya di sini juga merasa senang karena kehidupan sehari-hari bisa terpenuhi, hanya dari berjualan ini alhamdulillah anak-anak saya bisa sekolah hingga keperguruan tinggi,” ujarnya.

Ia mengaku tidak sedikit orang yang mencemoohnya, bahkan suaminya sendiri juga sempat tidak mendukung usahanya. Ia berjuang keras sendiri berjualan dengan jalan kaki dari rumahnya untuk membuka kiosnya.

Keuntungan dari berjualannya memang tidak menentu tetapi dengan kegigihan dan keahliannya dalam mengatur perekonomiannya ia mampu menghidupi keluarganya.

Sempat ia diterpa masalah yang pada saat itu membutuhkan uang yang cukup besar, mulai dari usaha suaminya yang gulung tikar, ada salah satu anaknya yang juga terkena masalah.

Tetapi semua bisa ia lewati, kerugian-kerugian yang harus ia bayarkan semua hasil dari berjualannya setiap hari, kini ia tetap berjualan setiap hari. Perjuangannya yang merantau dari Bengkulu Selatan ke Kota membuahkan hasil yang sangat menyenangkan.

Baca Juga
Tinggalkan komen