Bengkulu #KitoNian

Kisah Kuli Bangunan yang Sukses jadi Supplier Ayam

Beni Candra (45) merupakan perantau dari daerah Lintang yang mencoba peruntungan di Bengkulu. Awal kedatangannya sebagai perantau, membuatnya harus bekerja sebagai kuli bangunan di salah satu toko daerah Rawa Makmur pada tahun 2000.

Seiring berjalannya waktu Ia mencoba mencari pekerjaan lain dan akhirnya bekerja sebagai karyawan pedagang ayam di Pasar Minggu.

Kala itu tempat Beni tinggal bersama istri dan satu orang anaknya, berada di sebelah kamar mandi umum pasar dan masih mengontrak.

Beni memberanikan diri untuk mandiri, lalu membuka usaha sendiri di Pasar Minggu. Siapa sangka ketekunannya dalam bekerja membuat bosnya memberikan kepercaya padanya.

“Waktu itu modalnya cuma timbangan sama pisau, karena ayam masih dari bos,” kata Beni pada Bengkulunews.co.id Rabu (11/01/23) siang.

Perjuangannya untuk sukses sangatlah besar, terlebih jika modal ayam kala itu terpentok oleh konsumen yang belum membayar daging.

Mau tidak mau Ia harus memutar otak agar modal tetap berjalan dan tidak mati. Hingga pada akhirnya kesabaran itu berbuah manis, Beni pindah dan memiliki rumah sendiri di jalan Gunung Bungkuk pada tahun 2003.

Ayah dari keempat orang anak ini bisa memiliki rumah dan lapak sendiri, walau kala itu masih kecil. Kini rumah dan lapaknya tersebut sudah berkembang pesat, sama seperti usahanya.

Beni juga sebagai salah satu pemasok daging ayam di beberapa pasar Bengkulu.  Ia juga bisa memberikan pendidikan yang tinggi untuk anak tertuanya yang kini tengah berkuliah di Yogyakarta.

Selain itu Ia juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, kini Beni memiliki 12 karyawan di lapaknya. Lapak ini terkenal sebagai Ayam Potong Tebeng dan tentunya menjual daging segar setiap hari. Dalam sehari usahanya ini bisa menjual 500 sampai 600 ekor ayam dan 10 karpet telur ayam.

“Kalau dulu bisa sampai seton setengah sampai dua ton, karena pengaruh corona jadi cuman 500 samai 600 ekor ayam,” jelasnya.

Lapaknya ini buka dari pukul 03.00 pagi hingga 14.00 siang, untuk harga daging yang  dijual ini sebesar Rp20 ribu untuk pedagang dan Rp28 ribu bagi masyarakat.

“Harapannya apa ya, sudah bersyukur dengan keadaan sekarang. Kalau bisa kedepannya lebih maju,” demikian Beni.

Baca Juga
Tinggalkan komen