Logo

Perempuan di Kabupaten Ini Berjuang Menjaga Hutan Warisan Dunia

Perwakilan KPPSWD bersama Kepala Desa Pal VIII, Prisnawati, Ketua Kelompok Maju Bersama Rita Wati dan pemilik warung, Manisa berfoto di bawah Jendela Perempuan Desa Situs Warisan Dunia. Foto KPPSWD Kabupaten Rejang Lebong.

REJANG LEBONG, bengkulunews.co.id – Komunitas Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia (KPPSWD) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, percaya jika perempuan desa sekitar, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), mampu mengelola kawasan taman nasional yang ditetapkan sebagai warisan ASEAN dan Warisan Dunia itu secara berkelanjutan.

Terkait hal tersebut, perempuan desa berjuang untuk memperoleh akses mengelola TNKS. Caranya, KPPSWD membangun Jendela Perempuan Desa Situs Warisan Dunia.

Jendela Perempuan Desa Situs Warisan Dunia, kata Anggota KPPSWD, Indah Purnama Sari, merupakan newsletter dinding yang dibuat, untuk didistribusikan kepada para pemangku kebijakan. Dimana, newsletter itu ditempel di ruang-ruang publik di desa dan perguruan tinggi.

”Banyak hal yang bisa dilakukan ibu-ibu (perempuan) tanpa merusak (TNKS),” kata Anggota KPPSWD, Indah Purnama Sari, Senin (24/7/2017).

Media ini, sampai Indah, akan diproduksi dengan periode bulanan. Edisi pertamanya, terang Indah, mulai didistribusikan pada Jumat 21 Juli 2017.

Indah menyebut, penempelan perdana di Desa Pal VIII dan Karang Jaya. Penempelan di warung manisan dan lotek milik warga desa, Manisa dilakukan bersama Kepala Desa Pal VIII, Prisnawati dan Ketua Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan Hidup/TNKS “Maju Bersama” Rita Wati.

”Artikel yang ditulis oleh anggota KPPSWD, tentang pengetahuan dan suara perempuan desa sekitar TNKS,” jelas Indah.

Selama ini, pengetahuan perempuan relatif tidak mendapatkan pengakuan dan perempuan tidak memiliki akses untuk menyuarakan aspirasi dan memanfaatkan kawasan TNKS untuk kesejahteraan. Padahal, hak-hak tersebut merupakan bagian dari hak atas lingkungan hidup yang merupakan hak asasi manusia.

”Ibu-ibu memiliki pengetahuan tentang apa saja (hasil hutan bukan kayu) untuk obat-obatan, pangan dan lainnya yang bisa diambil dari kawasan TNKS tanpa merusak kawasan TNKS,” ujar Indah.

Perempuan desa memiliki hubungan sangat erat dengan alam. Pengelolaan dan pemanfaatan alam yang dilakukan perempuan desa cenderung tidak bersifat merusak. Perempuan desa memiliki pengalaman dan pengetahuan, bahwa kerusakan alam berdampak buruk terhadap kehidupan dan penghidupan.

”Kami juga ingin menyampaikan bahwa keterlibatan perempuan untuk menjaga dan melestarikan TNKS sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan perempuan,” tambah anggota KPPSWD, Ade Purnama Dewi.

Ditambahkan Kepala Desa Pal VIII, Prisnawati, selain sarana berkomunikasi, newsletter Jendela Perempuan Desa Situs Warisan Dunia, bisa menjadi bagian dari akuntabilitas.

”Ibu-ibu yang didukung oleh pemerintah desa memang sedang berjuang, untuk bisa memanfaatkan kawasan TNKS,” kata Prisnawati.

Selain Desa Pal VIII dan Karang Jaya, desa yang bersentuhan dengan TNKS lainnya yang menjadi sasaran pendistribusian/penempelan adalah Babakan Baru, Bangun Jaya, Tebat Tenong Luar, Pal 100, Pal VII, Bandung Marga, Mojorejo, Sambirejo, Air Duku dan Sumber Bening. Sedangkan 14 desa lagi, yang juga bersentuhan dengan TNKS belum terjangkau.

”Dengan ditempel di tempat umum, semua orang punya kesempatan untuk membacanya,” kata Kasi Pelayanan Desa Karang Jaya, Derita Astuti yang juga terlibat menempel.

Sementara itu, Wakil Bupati Rejang Lebong Iqbal Bastari, dari pemerintah kabupaten (pemkab) Rejang Lebong mengapresiasi atas gerakan dari KPPSWD.

”Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya sangat mendukung. Saya juga siap menemani untuk bertemu dengan pemerintah pusat. Termasuk siap membantu pembiayaan untuk dua orang,” pungkas Iqbal.