Bengkulu News #KitoNian

Paduan Sejarah Penjajahan dan Pesona Alam Sindang Kelingi

REJANG LEBONG – Berbekal Dana Desa, kini salah satu desa di Kecamatan Sindang Kelingi yakni Desa Sindang Jati memiliki objek wisata baru yang indah dan menyimpan cerita sejarah.

Obyek wisata pemandian Air Panas Sentral di Desa Sindang Jati, Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong, tidak hanya menyuguhkan pesona alam, tetapi juga sejarah peninggalan penjajahan Belanda dilokasi tersebut. Lokasi yang hanya ditempuh 1,5 jam dari Kota Curup tersebut, menyuguhkan wisata air hangat alami langsung dari perut bumi.

Pengunjung bisa menikmanti air hangat di kolam dengan kedalalaman bervariasi, sehingga aman bagi yang tidak bisa berenang atau bisa mandi di air pancuran yang konon air ini digunakan untuk pemandian sejak zaman Belanda menjajah Indonesia dan mengoperasikan PLTA di Sindang Jati.

Penjaga obyek wisata Pemandian Air Panas, Warkim, mengatakan bahwa awalnya hanya terdapat pancuran pemandian air panas dibuat oleh Belanda saat menjajah.

“Bahkan konon kabarnya, dipancuran tersebut sering dipakai mandi oleh bangsawan atau pejabat pemerintah Belanda,” katanya.

Saat ini, pemandian tersebut dimanfaatkan warga untuk mandi dan mencuci. Bahkan sudah dikelola Bumdes setempat dengan membuat dua kolam pemandian, kamar ganti dan kamar mandi.

Disekitar kolam terdapat irigasi dan penampungan saluran air, bekas pembangkit listrik zaman penjajahan Belanda di Kecamatan Sindang Kelingi.

Menurut Warkim, sebelumnya masih terdapat pipa besi sebagi saluran air, yang terhubung ke turbin dibagian ujung bawah kolam.

“Karena sudah rapuh dimakan usia dan sebagian hilang, saat ini hanya sebagian kecil saja pipa yang dapat ditemui,” katanya.

Tidak jauh dari kolam pemandian air hangat pengunjung bisa menikmati pesona air terjun Sungai Sentral dengan ketinggian mencapai 20 meter.

Dua air terjun terdapat dilokasi tersebut, tetapi hanya satu lokasi yang direkomendasikan. Karena satu lokasi lainnya belum dibuka dan masih semak belukar, sehingga masih berbahaya untuk dilewati. Lokasinya persis berada di air terjun pertama dengan jarak hanya sekitar 24 meter saja.

Dibawah lokasi air terjun kedua ini dulunya merupakan tempat turbin PLTA Sentral milik Belanda ini berputar dan menghasilkan tenaga listrik untuk masyarakat di Desa Sindang Jati dan Desa Sindang Jaya.

Namun untuk mencapai lokasi ini juga sangat sulit karena harus menuruni tebing cukup curam, tinggi dan licin. Sehingga oleh pengelola juga tidak direkomendasikan untuk dikunjungi. Sedangkan turbin dan perlengkapan serta peralatan PLTA itu sendiri saat ini juga sudah tidak ada lagi karena diduga sudah hilang di curi oleh orang tidak bertanggung jawab.

Kini pengunjung hanya bisa melihat peninggalan bangsa Belanda yakni berupa bangunan menyerupai dam air yang dulunya digunakan untuk menampung air yang digunakan untuk menggerakkan mesin setelah digerakkan oleh dorongan air yang di suplay dari sungai Sentral.

“Pada tahun 1994 PLTA ini masih berfungsi, tapi karena banyak peralatannya yang hilang maka pada tahun 1996 sudah berhenti beroperasi dan tahun 1997 seluruh peralatannya sudah hilang di curi. Sekarang hanya tinggal itu, bekas penampungan air untuk memutar mesinnya saja sama ada tiang penyangga pipa besi untuk mengambil air dari sungai Sentral,” paparnya.

Kini bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke lokasi ini hanya dipungut biaya masuk sebesar Rp 5.000 per orang dan masuk sebagai pendapatan asli desa (PADes), karena objek wisata ini sudah dikelola oleh pemerintah desa Sindang Jati. 

Baca Juga
Tinggalkan komen