Logo

Bendungan Jebol, 240 Hektar Sawah Kekeringan

BENGKULU UTARA – Bendungan di Desa Perpo, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara jebol. Akibatnya 240 hektar sawah milik warga dari 9 desa di wilayah tersebut mengalami kekeringan.

Jebolnya bendungan tersebut sudah hampir 9 bulan. Sehingga membuat aktifitas warga di sawah pun terhenti. Bahkan warga terpaksa mengalih fungsikan lahannya dengan menaman jagung.

Kepala Sesa Perbo, Eli Anggreraini mengatakan, bendungan tersebut jebol disebabkan oleh aliran air sungai yang sangat kencang, ditambah dengan intensitas hujan yang begitu tinggi kerap terjadi.

“Awalnya kerusakan bendungan hanya mencapai 8 meter, tapi saat ini kerusakan sudah mencapai 20 meter. Sehingga air dari sungai tersebut tidak dapat mengalir di irigasi yang mengairi sawah warga,” papar Kades, Kamis (21/2).

Bukan hanya sawah saja yang mengalami kekeringan, namun kolam-kolam milik warga pun ikut kering karena air tidak dapat mengalir ke irigasi-irigasi tersebut.

“Kolam juga ikutan kering, bahkan warga mengalami kerugian yang cukup besar, karena ikan-ikannya mati,” sambungnya.

Dari sisi lain Eli mengatakan, bendungan tersebut statusnya adalah milik PUPR Provinsi Bengkulu, pihak desa sudah mengajukan permohonan perbaikan. Namun hanya ada tindakan tanggap darurat dengan memasang bronjong.

Namun saat ini bronjong tersebut sudah tergerus oleh air sungai, hingga saat ini tidak ada tindak lanjut dari pihak provinsi.

Eli sangat berharap PUPR provinsi dapat menyegerakan perbaikan bendungan tersebut pada tahun ini, karena masyarakat sudah banyak yang mengeluh.

“Keluhannya itu ya di antara perut ini, karena pendapatan untuk kehidupan sehari-hari mereka dari sawah,” imbuhnya.

Disamping itu, Selain digunakan untuk mengairi sawah, aliran air dari bendungan tersebut juga dimanfaatkan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mencuci, mandi, dan kebutuhan air bersih.

Salah satu warga mengatakan, meski lahan sawah dapat diganti dengan tanaman jagung, namun warga masih sangat menginginkan dapat bersawah lagi, karena warga menilai dengan bersawah warga tidak perlu membeli beras lagi, jika menaman jagung warga masih harus membeli beras mengingat beras adalah kebutuhan pokok bagi warga.

“Kalau sudah kita panen jagung, kita harus beli beras lagi, dan hasilnya juga tidak sebanyak saat panen padi, kalau panen padi bisa kami konsumsi, dan hasil penjualan bisa kami belikan kebutuhan lain, kalau jagung kan tidak,” keluh Roniawati warga Desa Perbo.