Pergaulan Bebas di Kalangan Anak Muda: Ancaman terhadap Karakter dan Masa Depan Bangsa

Pergaulan Bebas di Kalangan Anak Muda: Ancaman terhadap Karakter dan Masa Depan Bangsa

Ilustrasi pergaulan bebas

Anak muda merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat membawa perubahan dan kemajuan bagi masyarakat dan Negara di masa depan. Dengan kata lain, generasi muda yang akan menentukan arah bangsa Indonesia ke depannya.  Namun, belakangan ini kita sering kali menyaksikan fenomena pergaulan bebas yang semakin berkembang di kalangan anak muda. 

Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang mana “ bebas” yang dimaksud adalah melewatri batas- batas norma ketimuran yang ada. Jadi dapat disimpulkan dari pengertian diatas pergaulan bebas adalah prilaku manusia yang menyimpang yang melanggar norma-norma agama dan tidak ada batasannya.

Pergaulan bebas ini tidak hanya terbatas pada tindakan seks pranikah, penyalahgunaan narkoba, atau alkohol, tetapi juga mencakup perilaku-perilaku yang dapat merusak moral dan karakter, seperti kecanduan media social, tidak adanya rasa hormat terhadap orang tua, berkurangnya empati terhadap orang lain. Fenomena ini tentunya memberikan dampak yang besar terhadap pembentukan karakter anak muda yang ideal dan beradab. 

Artikel ini akan membahas dampak negatif dari pergaulan bebas terhadap karakter anak muda, serta contoh-contoh nyata yang terjadi dalam kehidupan mereka.

Pembentukan Karakter Anak Muda dan Dampak Negatifnya

Pendidikan dan lingkungan sosial memegang peranan penting dalam pembentukan karakter anak muda. Di tengah kemajuan teknologi yang pesat dan perkembangan zaman yang serba cepat, anak-anak muda saat ini lebih mudah terpapar oleh berbagai macam pengaruh, baik yang positif maupun yang negatif. Namun, sayangnya, dampak negatif dari pergaulan bebas semakin dominan menggeser nilai-nilai moral yang seharusnya dijunjung tinggi dalam kehidupan sosial.

Salah satu contoh nyata adalah kecenderungan anak muda untuk terjebak dalam pola hidup hedonis, yaitu hidup yang berfokus pada pencapaian kepuasan diri yang instan tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Misalnya, banyak anak muda yang memilih menggunakan narkoba sebagai bentuk pelarian dari masalah yang mereka hadapi. 

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), tercatat sekitar 3,6 juta orang Indonesia sebagai pengguna narkoba, dengan sebagian besar di antaranya berasal dari kalangan usia muda, mulai dari remaja hingga dewasa awal. Penggunaan narkoba ini tidak hanya merusak kesehatan fisik, tetapi juga berpotensi menghancurkan karakter dan masa depan mereka. Anak muda yang terlibat dalam pergaulan bebas seperti ini sering kali kehilangan arah hidup dan terjebak dalam masalah yang tidak kunjung selesai.

Selain itu, pergaulan bebas juga erat kaitannya dengan meningkatnya perilaku seks pranikah yang semakin marak. Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat bahwa pada tahun 2021, sekitar 30% remaja Indonesia sudah terlibat dalam hubungan seksual di luar nikah. Hal ini tidak hanya mencemari moralitas dan integritas pribadi, tetapi juga membuka jalan bagi penyebaran penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan. 

Kehamilan di luar nikah sering kali menimbulkan masalah sosial yang lebih besar, seperti meningkatnya jumlah anak yang lahir tanpa status yang jelas, serta dampaknya terhadap masa depan pendidikan dan pekerjaan para ibu muda tersebut. Menurut data Komnas Perempuan, dispensasi perkawinan anak meningkat tujuh kali lipat sejak 2016. Pada tahun 2021, total permohonan dispensasi mencapai 59.709.

Hasto Wardoyo, selaku Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menyatakan bahwa 80% dari permohonan dispensasi nikah terjadi karena kasus hamil di luar nikah. Artinya, jika setiap tahun angka dispensasi nikah di atas 50.000, maka jumlah remaja perempuan di bawah 19 tahun yang hamil di luar nikah mencapai 40.000 orang.”

Fenomena pergaulan bebas ini tidak hanya merusak individu yang terlibat langsung, tetapi juga dapat menciptakan dampak negatif yang lebih luas bagi masyarakat. Misalnya, kurangnya kepedulian terhadap norma-norma sosial dan budaya dapat menyebabkan kerusakan pada tatanan sosial yang ada. Oleh karena itu, penting bagi orang tua, guru, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mengarahkan anak-anak muda agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak sehat dan tidak produktif.

Pengaruh Teknologi dan Media Sosial terhadap Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas anak muda tidak dapat dilepaskan dari pengaruh besar teknologi dan media sosial. Dalam era digital seperti sekarang, anak muda merasa lebih terhubung dengan dunia luar melalui berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook. Meskipun media sosial memberikan dampak positif dalam hal komunikasi dan akses informasi, platform tersebut juga membuka peluang bagi anak muda untuk terjerumus ke dalam perilaku-perilaku yang merusak.

Salah satu dampak negatif yang jelas terlihat adalah meningkatnya tekanan sosial untuk tampil sempurna. Banyak anak muda yang merasa terpaksa mengikuti tren atau standar kecantikan dan kesuksesan yang tidak realistis di dunia maya. Tekanan ini mendorong perilaku konsumtif, seperti membeli barang-barang mahal demi mengikuti tren, atau bahkan melakukan tindakan yang ekstrem untuk mendapatkan perhatian di media sosial. Dalam beberapa kasus, anak muda mulai terlibat dalam perilaku berisiko seperti mengonsumsi alkohol atau narkoba hanya untuk mendapatkan pengakuan atau popularitas di kalangan teman sebaya.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 25% remaja Indonesia mengaku merasa tertekan untuk menampilkan kehidupan yang sempurna di media sosial, meskipun kenyataannya mereka tidak mampu memenuhi standar tersebut. Tekanan tersebut sering kali menjadi pemicu bagi mereka untuk mengambil langkah-langkah yang tidak sehat, seperti mengonsumsi obat-obatan terlarang atau terlibat dalam perilaku negatif lainnya.

Contoh lain dari buruknya karakter anak muda yang terlihat di depan mata ialah adanya Perundungan (Bullying). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  (Mendikbud) Nadiem Makarim memaparkan hasil survei karakter yang dilakukan oleh Kemendikbud. Dari survei tersebut, ditemukan bahwa  ada 24,4 persen potensi perundungan atau bullying di lingkungan sekolah. Bahkan karena pesatnya perkembangan digital saat ini, perundungan  pun dapat dilakukan melalui media sosial, dengan adanya komentar -komentar buruk yang bertujuan untuk merusak  kehidupan orang lain.

Pergeseran dalam Etika Pergaulan Anak Muda

Dalam pergaulan di dunia nyata, ada norma sosial yang berlaku, seperti rasa saling menghormati, empati, dan kesadaran akan batasan pribadi. Namun, di dunia maya, norma-norma ini sering kali kabur. Media sosial memberi kebebasan berinteraksi tanpa adanya pengawasan langsung, sehingga batasan-batasan sosial yang ada di dunia nyata tidak selalu diterapkan. Anak muda yang terpapar dengan kebebasan ini sering kali tidak menyadari akibat dari tindakan mereka. Mereka mungkin merasa tidak ada yang mengawasi dan merasa bebas untuk berbicara atau bertindak tanpa mempertimbangkan dampak pada orang lain. Bahkan saat ini etika terhadap orang tua sendiri pun mulai tidak ada pada generasi anak muda di era digital saat ini. 

Mereka bahkan lebih cenderung mudah emosi, bahkan gampang melakukan tindakan kekerasan. Tim Jurnalisme Data Haraian Kompas menemukan fakta bahwa sebagian besar, yakni 38,7 persen,  dari kasus pembunuhan yang dianalisis dilakukan pelaku karena emosi sesaat. Motif lainnya meliputi  balas dendam (19,25 persen), asmara (12,64 persen), dan motif lainnya  (7,21 persen). Hasil analisis Tim Jurnalisme Data juga mengungkapkan bahwa 65 persen pelaku pembunuhan berusia 19–35 tahun, kelompok usia 36–45 tahun 21,3 persen, 46–55 tahun 8,7 persen, usia 56-65 tahun sebesar 2,7 persen, dan di atas 65 tahun sebesar 2,4 persen.

Selain itu, media sosial juga menjadi tempat bagi anak muda untuk terhubung dengan individu-individu yang mungkin memiliki pengaruh buruk, termasuk dalam hal gaya hidup hedonis. Kita sering melihat postingan anak muda yang mengglorifikasi minum alkohol, merokok, atau melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan norma masyarakat. Hal ini memberi sinyal yang salah kepada pengikut mereka, terutama anak muda yang belum cukup matang dalam berpikir.

Pergaulan adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh bibatasi dalam pergaulan, apalagi melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan manusia hendaknya bebas, tetapi tetap mematui norma, hukum,norma agama,Budaya,serta norma bermasyarakat.

Kurangnya Pengawasan dan Pendidikan Moral

Salah satu faktor penyebab maraknya pergaulan bebas di kalangan anak muda adalah kurangnya pengawasan dari orang tua dan kurangnya pendidikan moral yang mendalam. Banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau urusan pribadi mereka, sehingga tidak cukup memberikan perhatian pada kehidupan sosial dan emosional anak-anak mereka. Sebaliknya banyak orang tua bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan. Dalam banyak kasus, anak muda yang merasa kurang diperhatikan atau kurang mendapatkan bimbingan dari orang tua cenderung mencari perhatian dan pengakuan di tempat lain, termasuk melalui pergaulan yang tidak sehat.

.Di sisi lain, pendidikan formal di sekolah juga seringkali memberikan tekanan terus menerus           ( baik dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal maupun karena peraturan yang terlalu mengikat). Tidak menekankan pada pentingnya karakter dan moral dalam kehidupan anak didik. Meskipun beberapa sekolah mulai memasukkan program pendidikan karakter dalam kurikulum, pendekatan yang digunakan cenderung formal dan kurang menyentuh aspek psikologis dan emosional siswa. Padahal, karakter yang kuat akan membantu anak muda menahan diri dari pergaulan bebas dan membantu mereka membuat keputusan yang lebih bijak dalam hidup.

Masyarakat juga memegang peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter anak muda. Jika masyarakat tidak peduli terhadap perilaku dan kebiasaan buruk yang berkembang di kalangan anak muda, maka pergaulan bebas yang merusak ini akan semakin sulit untuk dihentikan. Oleh karena itu, penting untuk membangun kesadaran kolektif yang dapat mengurangi dampak negatif pergaulan bebas.

Pergaulan bebas yang berkembang di kalangan anak muda merupakan ancaman serius yang harus segera ditangani. Dampak negatif dari pergaulan bebas ini sangat besar, karena dapat merusak masa depan mereka, baik dalam hal pendidikan, kesehatan, maupun hubungan sosial. Anak muda yang terjebak dalam pergaulan bebas cenderung kehilangan arah hidup, menjadi rentan terhadap masalah kesehatan fisik dan mental, dan bahkan dapat merusak tatanan sosial yang ada.

Jika terus dibiarkan akan menjadi seperti apa generasi bangsa di masa depan ? Untuk menciptakan generasi muda yang maju, dan cerdas hal utama yang paling penting ialah Karakter. Tidak ada artinya seseorang memiliki tingkat kecerdasan tanpa didasari oleh  karakter atau etika moral yang baik, serta lingkungan yang aman.

Penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk lebih aktif dalam memberikan pengawasan serta pendidikan moral yang tepat kepada anak-anak muda. Selain itu, perlu ada upaya bersama untuk menciptakan lingkungan sosial yang positif, sehingga pergaulan bebas yang merusak dapat diminimalkan. Jika kita tidak segera mengatasi masalah ini, masa depan generasi penerus bangsa akan terancam, dan cita-cita untuk membangun bangsa yang lebih maju dan bermoral akan semakin sulit terwujud.

Begitu pula, pemerintah seharusnya dapat menanggulangi masalah ini di masa depan dengan memperhatikan tayangan-tayangan yang disajikan kepada masyarakat. Mengingat pesatnya perkembangan teknologi digital saat ini, tayangan yang seharusnya tidak dapat diakses oleh anak-anak di bawah umur dapat mempengaruhi perilaku mereka, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan karakter dan berdampak buruk bagi masa depan mereka.

Penulis : Rotua Br Sibuea/Mahasiswi Prodi D3 Akuntansi FEB Universitas Jambi

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!