Bengkulu News #KitoNian

Simalakama Rakyat Kecil

Oleh : Nazlia Tifany

ADA begitu banyak sisi yang dirugikan oleh virus corona yang sudah menjadi pandemi atau penyebaran virus internasional ini. Tidak hanya dari sisi kesehatan, virus yang mempunyai nama lain Covid-19 ini bahkan ikut memberi dampak pada perekonomian di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dampak tersebut paling kontras dirasakan oleh masyarakat ekonomi kelas bawah yang menurut saya paling tersiksa. Terbesit oleh saya ketika menyadari bahwa tidak semua kalangan dapat merasakan solusi yang diberikan oleh pemerintah. Ada rakyat yang berusaha mempertahankan usahanya, bahkan sebagian dari mereka hidup tanpa pekerjaan, apalagi pemasukan.

Apabila kebijakan pembatasan sosial sudah mulai diberlakukan, maka pergerakan masyarakat akan terbatas, seperti akses beberapa wilayah pun otomatis ditutup karenanya. Hal ini tentu berdampak kepada masyarakat kelas bawah yang mencari nafkah dengan berdagang, mereka akan kehilangan pembeli, apalagi disaat suasana Ramadan seperti ini, sepertinya tradisi beli baju lebaran tahun ini dapat dipastikan meredup.

Di sisilain, gaya hidup yang kurang higienis membuat masyarakat kelas bawah berpotensi besar untuk tertular virus corona, seperti masyarakat yang bertempat tinggal didaerah kumuh atau tinggal bebas dijalanan. Dengan kondisi seperti itu, tidak memungkinkan mereka akan berfikir untuk membeli masker ataupun handsanitizer, apalagi dengan harganya yang melonjak naik ditengah kasus ini.

Penyebaran virus corona yang semakin hari semakin pesat, menuntut masyarakat untuk tetap di rumah saja guna mempercepat pemutusan tali penyebaran Covid-19 ini. Namun hal ini tidak berlaku untuk masyarakat kelas bawah, karena tuntutan bekerja agar bisa mencari nafkah, untuk tetap bertahan hidup di hari itu sangat tinggi. Jika mereka keluar rumah dapat berpotensi tertular virus corona, maka tak ada bedanya dengan tetap di dalam rumah. Mereka juga kesulitan bertahan hidup karena tidak makan, sementara pemerintah belum menyediakan subsidi untuk kebutuhan sehari-hari secara merata dan terkadang sasaran yang dituju juga meleset.

Mirisnya lagi, masyarakat kelas bawah menerima beban moral. Pernyataan juru bicara Covid-19, Yurianto yang menyatakan bahwasannya “yang miskin jangan sampai menularkan penyakit kepada yang kaya”, mengundang banyak kritik dan komentar. Melihat realita bahwa Covid-19 adalah virus baru yang berasal dari China dan tersebar hampir ke seluruh negara, maka kalangan manapun, termasuk kalangan atas juga memiliki indikasi sebagai pembawa virus ini.

Hal lain yang mengkhawatirkan, para pedagang yang mengadu nasib di rantau, terpaksa pulang kampung demi menghemat biaya hidup di daerah rantau. Tentu saja ini menimbulkan masalah baru, yakni penyebaran virus yang mungkin mereka bawa ke daerah asal mereka. Seolah-olah apapun tindakan yang mereka lakukan serba salah.

Berbagai upaya solidaritas dari berbagai Kalangan untuk membantu mengurangi beban ekonomi sebagian rakyat kecil mulai terlihat akhir-akhir ini. Seperti penggalangan dana dari situs online Kitabisa.com yang dilakukan selebgram rachelvennya yang berhasil mengumpulkan hampir Rp 9 Miliar untuk Donasi Covid-19 hingga muncul gerakan-gerakan pengumpulan bantuan dan pemberian sembako diluar pemerintah. Tindakan seperti inilah yang harus sama-sama kita lakukan sebagai solidaritas masyarakat Indonesia untuk bekerja sama dalam melawan virus yang sudah merugikan kita semua dalam berbagai aspek.

Selayaknya, pemerintah mengupayakan secara utuh untuk hadir pada semua masyarakatnya tanpa memandang kasta, dan tingkat ekonomi. Dalam kondisi seperti sekarang ini, pemerintah diharapkan mampu menjamin keselamatan atas kelangsungan hidup masyarakat dengan melihat mampu dan tidakmampuan masyarakatnya menghadapi berbagai akibat dari pandemi ini hingga dinyatakan selesai atau status pandemic dicabut.

Selain upaya dari pemerintah, kesadaran dan solidaritas dari masyarakat diharapkan akan terus dilakukan, dengan tetap menyadari bahwa covid-19 dapat mengancam siapapun dan dimanapun tidak melihat latar belakang masyarakat miskin atau kaya, kalangan elit maupun kalangan bawah. Lantas, bagaimana dengan rakyat kecil? Mereka tetap dengan pilihan “Simalakama”. Hanya bertahan dirumah dengan ketidakmampuan, lalu berpotensi meninggal. Atau keluar mencari nafkah demi kebutuhan dengan ancaman virus corona, berpotensi meninggal pula.

Penulis adalah Mahasiswa Semester 2 Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas

Baca Juga
Tinggalkan komen