Logo

Rumah Sebagai Media Penggerak Terwujudnya Transisi Energi Bersih

BENGKULU – Rumah menjadi salah satu media yang mampu menjadi agen penggerak dalam mewujudkan transisi energi bersih yang adil dan bekelanjutan.

Senada dengan hal tersebut kepala sekolah SMK 2 Kota Bengkulu, Drs.Ismail Harahap menuturkan isu transisi energi bersih yang berkeadilan harus dibawa dan diterapkan di rumah. Baik dalam keluarga maupun disebarluaskan kepada masyarakat umum.

“Setelah pulang dari kegiatan ini, ilmu yang didapatkan mengenai transisi energi bersih harus dibawa dan disampaikan ke keluarga serta diterapkan,” ujar Ismail.

Di tengah serangan krisis iklim yang 40% diakibatkan oleh penggunaan batubara, Sekolah Energi Bersih #2 secara terus menerus melakukan aksi penyebarluasan informasi tentang ancaman krisis iklim dan isu transisi energi bersih.

Tak dapat dipungkiri isu ini belum menjadi isu yang dipahami dan diamini oleh seluruh kalangan masyarakat. Sedangkan faktanya, saat ini kita adalah korban dari krisis iklim.

Sehingga krisis iklim dan transisi energi menjadi sebuah isu yang eksklusif. Hal ini dibuktikan dengan hanya kelompok – kelompok tertentu saja yang berlawan seperti kelompok terdampak langsung energi kotor, aktivis lingkungan serta sekelompok akademisi.

Untuk dapat mempercepat perlawanan terhadap energi kotor dan krisis iklim,  artinya isu ini harus menjadi isu bersama.  Semua lembaga harus ambil peran, sehingga mampu memukul mundur krisis ikilm.

Salah satunya adalah keluarga, karena keluarga merupakan institusi terkecil yang permanen dalam melakukan fungsi sosialnya kerena terbentuk oleh ikatan genetik dan emosional satu dengan lainya.  Sehingga  mampu menanamkan suatu nilai secara permanen dan terus menerus.

Hosani Hutapea mengatakan bahwa Isu transisi energi bersih harus dibawa ke setiap rumah dan sosialisasikan dengan baik oleh setiap anggota keluarga. Sehingga akan membentuk sebuah prilaku individu yang kemudian dapat mempengaruhi prilaku social yang lebih luas.

“Kita bisa melawan Krisis Iklim jika gerakan ini dikerjakan secara bersama-sama, bukan oleh sekelompok orang saja. Maka dari itu, keluarga juga harus turut andil dalam melakukan perluasan kesadaran mengenai isu transisi energi,” jelas Hosani.