Bengkulu News #KitoNian

Kawasan Ekonomi Khusus, Gerbang Pembangunan Ekonomi Bengkulu

Kawasan Pelabuhan Pulau Baai

BENGKULU – Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang akan dititikkan di kawasan Pulau Baai menjadi perhatian khusus saat ini. Pasalnya, pengaruh KEK sendiri sangat besar untuk beberapa komoditas di Bengkulu. Tak hanya itu, KEK juga berdampak pada peningkatan tenaga kerja dan daya saing produk lokal daerah.

Dari 17 dokumen pengusulan KEK PT. Pelindo II ke Dewan Nasional KEK, tersisa dua lagi persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu Surat Pernyataan Kepemilikan Nilai Ekuitas ( paling sedikit 30% dari nilai investasi), dan Pernyataan Kesanggupan Melaksanakan Pembangunan Dan Pengelolaan KEK. Jika dua syarat tersebut telah menyusul 15 syarat lainnya maka Pelabuhan Pulau Baai telah resmi dinyatakan sebagai KEK.

GM PT. Pelindo II, Hambar Wiyadi

Direktur Utama (Dirut) Pelindo II Hambar Wiyadi, pada Bengkulunews menjelaskan, dua persayaratan yakni Surat Pernyataan Kepemilikan Nilai Ekuitas (paling sedikit 30% dari nilai investasi), dan Pernyataan Kesanggupan Melaksanakan Pembangunan dan Pengelolaan KEK, tengah dalam pembahasan. Hasilnya akan disampaikan ke pemerintah provinsi untuk diusulkan melalui e-submit Online Single Submission (OSS).

“Sekarang sedang dibahas dua persyaratan itu, kalau sudah dua persyaratan itu, nanti kita akan sampaikan ke pemprov, untuk diusulkan melalui e-submit Online Single Submission (OSS), untuk KEK, jadi nanti elektronik semua,” jelasnya.

Lebih lanjut, Hambar menyampaikan terwujudnya Kawasan Ekonomi Khusus di Bengkulu merupakan hal yang spesial. Sebab katanya, KEK di Bumi Rafflesia ini diusulkan langsung oleh Badan Usaha Milik Negara dengan menggunakan lahan milik Pelindo.

“Kita spesial yang mengajukan disini adalah BUMN, tidak ada pembebasan lahan karena lahan milik Pelindo, itu keunikan kita, jadi kita tinggal memikirkan administrasinya,” demikian Hambar.

Diprediksi, KEK kedepan mampu melahirkan tenaga kerja baru di Bengkulu dengan menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan, karena kawasan industri mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih besar, seiring dengan itu secara langsung maupun tidak langsung hal itu akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.

Data terhimpun, lokasi rencana KEK berada tepat di belakang Pelabuhan Pulai Baai, dengan luas KEK kurang lebih 415 Ha. Asumsi perhitungan PT.Pelindo II menyebutkan, dari luas lahan industri tersebut, KEK mampu menyerap 100 tenaga kerja per hektarnya.

Kawasan Pelabuhan Pulau Baai

Maka, sesuai akumulasi perhitungan, sekira 40.800 tenaga kerja akan diserap oleh KEK dengan tiga komposisi tenaga kerja, diantaranya Manager yang akan diserap 3% atau sekitar 1.224 orang, Staf 20% atau sekitar 8.160 orang, dan Buruh 31.416 orang dengan komposisi 1.563 orang penduduk lokal dan 29.853 buruh pendatang. Dengan demikian, total efek bangkitan angkutan pekerja dan barang per hektar kawasan industri mencapai 5,5 smp/hari/ha.

Tidak hanya itu, PT. Pelindo II juga telah memprediksi jumlah kebutuhan lahan yang nantinya dibutuhkan guna kebutuhan papan para buruh selama bekerja di KEK, salah satunya kebutuhan lahan perumahan, diasumsikan tiap 1.5 buruh membutuhkan 1 rumah dan tiap unit rumah membutuhkan lahan 150 m2.

Sehingga total luas lahan yang dibutuhkan dari perhitungan 31.416 x 1.5 x 150 = 471.24 Ha. Maka total lahan untuk perumahan dan fasilitas umum adalah 25% dari luas perumahan yang dibutuhkan dengan luas lahan fasilitas umum sekiranya 117,81 ha.

KEK Menunjang Perekonomian Masyarakat

Dampak lain keberadaan KEK di Bumi Rafflesia ialah memberikan peluang bagi peningkatan investasi di Bengkulu melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan dan siap menampung kegiatan industri, ekspor, impor, serta kegiatan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi tinggi, penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor hasil industri, dan meningkatkan keunggulan kompetitif produk ekspor serta meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal, pelayanan dan modal bagi peningkatan eksport.

Plt. Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah Melauching secara resmi Ekspor Komoditas Unggulan Provinsi Bengkulu dalam rangka HUT Emas Provinsi Bengkulu

Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat melauching secara resmi Ekspor Komoditas Unggulan Provinsi Bengkulu dalam rangka HUT Emas Provinsi Bengkulu mengungkapkan, Pelabuhan Pulau Baai merupakan salah satu komponen penting dalan membangun Provinsi Bengkulu.

Menurutnya, wilayah yang berjarak 20 km dari pusat Kota Bengkulu ini mampu menjadi pintu utama pengembangan ekonomi masyarakat, melalui aktivitas ekspor-impor.

“Bengkulu memiliki kesiapan baik dari sisi kualifikasi infrastruktur, termasuk SDM untuk melaksanakan kegiatan ekspor ini,” katanya, Jumat (16/11).

Rohidin menambahkan, Bengkulu dalam kondisi siap untuk memasarkan produknya ke luar daerah. Terlebih, sambungnya, provinsi yang berjuluk Bumi Rafflesia ini, memiliki potensi alam yang layak untuk diekspor.

“Launching ini kita maksudkan, kita ingin menyampaikan kepada para stakeholders negara – negara tujuan, bahwa Bengkulu memiliki potensi alam yang sangat pantas dan bermutu untuk di ekspor,” ungkap Rohidin.

Kawasan Pelabuhan Pulau Baai

Ia menjelaskan, beberapa produk unggulan seperti kopi, cangkang sawit dan hasil pertambangan di Bengkulu, memiliki kualitas yang mampu bersaing dengan produk luar. Belum lagi dari sektor perikanan yang terbilang cukup potensial untuk digarap. Semua produk unggulan ini akan diarahkan pemasarannya melalui dermaga Pulau Baai.

“Demikian juga komoditas – komoditas lain seperti CPO, Cangkang Sawit, Batu Bara, Produk kayu olahan, Kopi semuanya kita arahkan melalui Pulau Baai, namun pastikan produknya, asosiasi eskpor dan Pelindo semuanya siap,” jelas Rohidin.

KEK memiliki lima fokus industri nantinya, yaitu Batu bara (pengolahan hasil tambang untuk menunjang industri baja nasional, Kelapa Sawit (industri oleokimia dasar), Karet (industri pengolahan karet penunjang otomotif dan elektronik), Kayu (industri pengolahan kayu), Perikanan (industri pengalengan ikan), dan Sapi potong (penyederhanan olahan daging sapi siap saji).

Fokus industri tersebut tentunya telah memiliki mitra potensial masing-masing, diantaranya PT. Sudevam (25 Ha) untuk pabrik minyak goreng dan fasilitas pendukung lainnya, PT. Bancolen Batubara Coal (5 Ha) sebagai pabrik pengolahan carbon steel dan fasilitas pendukung lainnya, PT Bumi Rafflesia (15 Ha) pabrik pengolahan ikan dan fasilitas pendukung lainnya, PT. Andusti (10 Ha) pabrik pengolahan pakan ternak dan fasilitas pendukung lainnya.

Di zona A hingga D indutri Energi Biomasa di bawah naungan PT. Bengkulu Biomass Energi dengan pembagian luas hektar yang telah ditentukann, kemudian zona E dan G industri Plywood & olahan kayu naungan PT Anugerah Pratama Insprirasi, zona H Batubara untuk Iron Steel naungan PT Bencoolen Carbon Steel, zona I Packing Semen naungan PT Semen Padang Packing Plant, zona J olahan kayu dari PT Tiga Daya, terakhir di zona K, L, M industri pengolahan air, pengolahan gas, dan pembangkit listik.

Jumlah Kapal yang Bersandar di Pulau Baai akan Bertambah

Kepala Bidang (Kabid) Perhubungan Laut Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bengkulu, Sugeng Darojati mengatakan, setelah dua persyaratan itu dipenuhi, ia memprediksi jumlah kapal yang bersandar di dermaga Pulau Baai akan bertambah.

“Jalur-jalurnya sekarang kita sudah punya, tinggal nanti menambah frekuensi kapalnya, tergantung percepatan produksi juga nantinya,” kata Sugeng di ruang kerjanya, pada Rabu (21/11).

Dijelaskan Sugeng, dua persyaratan KEK yang belum terkumpul akan dibahas oleh intern Pelindo II. Perhubungan sebagai perpanjangan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov), tentunya siap menelaah dan bekerjasama.

Terlebih juga ada kewenangan dari Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) yang juga saling membantu dalam perwujudan KEK.

“Dua persyaratan itu memang harus diselesaikan oleh intern Pelindo sendiri,” imbuh Sugeng. Adv

Baca Juga
Tinggalkan komen