Bengkulu News #KitoNian

Ini Penjelasan WCC Terkait RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

KOTA BENGKULU – Direktur Eksekutif Cahaya Perempuan Women Crisis Center (WCC) Teti Sumeri menegaskan, dalam kurun waktu secepatnya, pemerintah harus merancang Undang-undang Penghapusan kekerasan seksual.

Hal ini karena, semakin lama usia korban bahkan pelaku kekerasan seksual masuk di angka kekhawatiran, dimana anak-anak muda dibawah 20 tahun semakin banyak menjadi pelaku pencabulan dan kekerasan seksual pada perempuan.

“Pencabulan merupakan angka paling tinggi dari semua jenis kekerasan seksual kemudian perdagangan untuk tujuan seksual termasuk pelecehan seksual juga,” ujar Teti pada Sabtu (9/3).

Selain pencabulan pemerkosaan, kekerasan seksual oleh orang sedarah, dan percobaan pemerkosaan juga mengiringi tragedi-tragedi menyimpang tersebut.

“20 tahun kami berada ditengah-tengah masyarakat, dalam tiga tahun terakhir kami mencatat umur korban semakin muda, umur tertinggi berada pada rentang 15-19 tahun, 10-14 tahun,” sambungnya.

Begitupun pada pelaku kekerasan seksual, berada pada angka 15-19 tahun dan 20-24 tahun, pemerintah dan elemen masyarakat harus segera mengatasi hal itu karena kriminalitas anak dibawah umur sudah masuk dalam tahap yang serius.

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang disegerakan, adalah jawaban dari kelemahan hukum yang ada, dimana secara substansi, ada mandat dalam RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.

Pertama tidak hanya bicara tentang penanganan untuk pemulihan korban kekerasan, penegakan hak keadilan, dan penindakan terhadap pelaku, tetapi RUU tersebut juga berisi upaya pencegahan yang melengkapi, bukan hanya persoalan pidana.

“Kekerasan seksual ini kalau segera disahkan menjadi undang-undang penghapusan kekerasan seksual ini menjadi salah satu upaya menjawab kelemahan-kelemahan peran hukum yang ada,” tegas Teti.

Di penyampaian akhirnya, Teti menguraikan, selama tiga tahun terakhir dari 2016-2018, sudah tercatat 468 kasus kekerasan seksual di Provinsi Bengkulu, dimana kabupaten Seluma dan Rejang lebong lebih mendominasi.

“Itu data dampingan kami sendiri, dengan sebaran merata,” demikian Teti.

Baca Juga
Tinggalkan komen