Logo

Generasi Muda Rentan Terjebak Dalam Tindakan Radikal

Diskusi publik, di Aula Bapelkes Bengkulu

Diskusi publik, di Aula Bapelkes Bengkulu

Diskusi publik, di Aula Bapelkes Bengkulu

KOTA BENGKULU, bengkulunews.co.id – Dari hasil diskusi publik dengan tema gerakan radikal dan ekstremisme di Indonesia menggambarkan persepsi dan sikap generasi muda terhadap isu-isu yang menyebar di sosial media yang digelar di aula Bapelkes Provinsi Bengkulu, Selasa (31/1/2017) menyimpulkan bahwa generasi muda rentan terjebak dalam tindakan radikal.

Walaupun tidak mentolerir keradikalan, para pemuda dinilai memiliki potensi untuk bersikap permisif terhadap peristiwa yang dilandasi oleh perbedaan keyakinan.

Salah seorang peneliti Infid, Isfa Hani, menyampaikan, para pemuda rentan untuk terjebak ke dalam sikap intoleran, karena tidak ada pengetahuan yang mendalam terkait agama yang dianut.

“Ketika ditanya, banyak sekali pemuda yang menjawab tidak tahu, pemuda seperti inilah yang kemudian terjebak ke dalam tindakan-tindakan radikal,” ujarnya.

Hasil survey International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menyebutkan, sebanyak 29,1% responden menganggap bahwa radikalisme dan kekerasan berbasis agama terjadi disebabkan kurangnya pemahaman para pemeluknya.

Tidak hanya itu, hasil survey juga menempatkan point frustasi dengan kehidupan sosial sebesar 12.5% dan menegakkan syariat sebesar 10,9% sebagai latar belakang utama terjadinya gerakan radikal.

Survey dilakukan di 6 kota di Indonesia dengan rentang waktu tiga bulan yakni Agustus hingga Oktober 2016. Sementara responden terbanyak berasal dari umat muslim sebesar 91.4%.

Baca juga:

Tangkal Gerakan Radikal, GMNI Akan Berikan Pemahaman Kepada Kaum Muda

(Alwin)