Bengkulu News #KitoNian

Generasi Korban HIV AIDS : Buah Rusaknya Pergaulan Bebas

Ilustrasi BN

HIV/AIDS tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Selama beberapa tahun terakhir, sumber daya menyusut dan jutaan nyawa terancam akibat penyakit HIV/AIDS. Pada 2023, Hari AIDS Sedunia mengedepankan pada potensi komunitas sebagai penggerak utama dalam memberantas AIDS.

Tahun demi tahun berganti, harapan untuk memberantas tuntas penyakit ini nampaknya masih jauh panggang dari api.  Pada tahun 2023, kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia meningkat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, penularan kasus didominasi oleh ibu rumah tangga, yaitu mencapai 35%. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena pengetahuan akan pencegahan dan dampak penyakit yang rendah serta memiliki pasangan dengan perilaku seks yang berisiko.

Tak hanya menimpa kaum ibu, generasi muda ternyata merupakan korban terbanyak HIV/AIDS. Pada kelompok usia 15-25 tahun yang dikategorikan sebagai remaja menjadi kelompok paling banyak terinfeksi HIV. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 2022, baru 76 persen orang dengan HIV mengetahui statusnya, 41 persen orang dengan HIV mendapatkan pengobatan, serta baru 16 persen orang dengan HIV yang mendapatkan pengobatan, virusnya tersupresi.. Sangat disayangkan Penularan HIV  pada remaja bisa disebabkan terutama oleh penggunaan narkoba suntik dan seks bebas terutama dengan sesama jenis.

Sementara itu, di Provinsi Bengkulu, selama 2023 tim Dinkes Kota Bengkulu menemukan 76 kasus warga terinfeksi. Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu menjelaskan tingginya kasus HIV di Bengkulu, disebabkan karena pola pergaulan anak muda yang bebas dan tidak menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seksual. Berikut lima wilayah yang ditemukan kasus HIV, yaitu Kota Bengkulu sebanyak 108 kasus, Kabupaten Bengkulu Selatan dua kasus, Kabupaten Utara tiga kasus. Kemudian di Kabupaten Kepahiang sekitar empat kasus dan Kabupaten Rejang Lebong sebanyak 23 kasus, sedangkan untuk kasus yang meninggal dunia berasal dari Kota Bengkulu yaitu enam kasus dan Kabupaten Rejang Lebong yaitu delapan kasus.

Pergaulan Bebas Sumber Masalah

 Jelaslah bahwa maraknya penyakit AIDS adalah akibat seks bebas.   Pacaran hingga kumpul kebo merupakan kebebasan berperilaku  yang menimpa generasi muslim saat ini.  Apalagi fenomena LGBT merupakan penyumbang terbesar meningkatnya kasus HIV/AIDS. UNAIDS, badan organisasi naungan PBB yang khusus menangani masalah yang berkaitan dengan HIV/AIDS, menyatakan bahwa peningkatan risiko tertular HIV terbesar adalah kelompok lelaki seks lelaki  (LS)  sebanyak 22 kali dan transgender (12 kali). Perilaku menyimpang lainnya yang menjadi jalan tertularnya HIV/AIDS adalah narkoba dengan cara menggunakan jarum suntik bergiliran. Perlu pula diketahui, Indonesia termasuk negara tertinggi penyalahgunaan narkoba, bahkan sering disebut “surga narkoba” sebab sangat mudah mengakses barang haram tersebut. Wajar jika anak remaja usia sekolah pun mudah mendapatkan narkoba. Inilah yang juga mengantarkan pada tingginya kasus HIV/AIDS.

Jelaslah bahwa ide HAM beserta kebekasan berperilaku merupakan sumber masalah kenaikan angka penderita HIV/AIDS.  Ide kebebasan ini sengaja disuntikkan ke negeri-negeri muslim untuk menyerang generasinya.  Menurut ide ini, standar kebahagiaan dan kesuksesan diukur oleh  materi. Sementara itu agama akan dipinggirkan dari pengaturan kehidupan mereka.  Maka tak heran, ungkapan “my body.my otority’ merupakan pakem bagi pencinta kebebasan atau pelaku liberalisme.  Tak ada lagi rasa malu berbuat maksiyat jika mereka bergaul bebas, berperilaku LGBT atau menjadi pemadat narkoba.

Di tambah lagi negara sudah tidak lagi menjadi pelindung bagi generasi dari bahaya pergaulan bebas.  Negara belum menjadi counter bagi konten-konten pornografi yang bersliweran di sosial media yang menjadi pemicu pergaulan bebas seperti LGBT dan narkoba. Regulasi juga dibuat sedemikian rupa agar paham kebebasan ini terus menjadi pakem para pemuda. UU TP-KS yang baru saja disahkan, misalnya, tampak cenderung membolehkan aktivitas zina yang “aman” (kondom).

Solusinya adalah Kembali Kepada Islam

 Sudah semestinya solusi atas permasalahan ini adalah menghilangkan sumber masalahnya yaitu ide kebebasan berperilaku dari umat. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan ide kekebasan atau liberalisme, Islam justru memerintahkan umatnya agar berbuat sesuai dengan tuntunan hukum Allah. Hal ini dilakukan agar  memperoleh kebaikan dan keberkahan. Oleh karena itu, wajib untuk menyampaikan Islam secara utuh  kepada umat, termasuk aturan pergaulan lelaki dan perempuan.

Islam akan menutup celah bagi liberalisme untuk terus berkembang. Seluruh sektor akan bekerja untuk mewujudkan kehidupan islam. Sistem pendidikan Islam akan mewujudkan generasi  cerdas yang beriman dan bertaqwa.  Sistem ekonomi Islam diterapkan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran sehingga tidak akan ada orang-orang yang berbuat maksiat dengan alasan ekonomi.

Adapun keluarga akan menjadi benteng pertama dalam mengukuhkan keimanan dan ketaqwaan  para generasi dengan optimalisasi peran ibu sehingga generasi tercegah dari perbuatan maksiyat dan sia-sia.  Negara akan mengontrol media  massa sehingga bebas konten keburukan. Sementara itu semua industri pornografi akan dihilangkan.

Pemberantasan HIV/AIDS akan efektif dengan pemberlakuan sanksi yang membuat jera pelaku kejahatan. Misalnya, para pezina mendapat hukuman jilid atau rajam. Pelaku LGBTmendapat hukuman mati. Mereka yang terjangkit HIV/AIDS akan dirawat dengan sistem kesehatan yang mumpuni hingga sehat dan diajak untuk bertaubat dari segala dosa-dosanya.

Begitulah Islam membuat  para pemuda akan menjadi sebaik-baik manusia, yakni mampu menjadi generasi masa depan, pemimpin peradaban mulia.

Oleh Indah Kartika Sari, SP

(Forum Muslimah Untuk Studi Islam Bengkulu)

Baca Juga
Tinggalkan komen