Logo

Stop Jual Beli Telur Penyu

Telur Penyu. Foto : Rb

Telur Penyu. Foto : Rb

KOTA BENGKULU – Direktur Eksekutif Latun (Lestari Alam Laut Untuk Negeri), Ari Anggoro menjelaskan, habitat Penyu yang terbilang langka, membuat masyarakat harus bijak melestarikan hewan yang satu ini.

Beberapa penelitian mengatakan, siklus Penyu sangat rumit, ketika dilepas 1000, hanya satu yang mencapai dewasa, terlebih banyak masyarakat yang seringkali memperjual belikan telur penyu, untuk dikonsumsi.

“Masih banyak restoran yang menyediakan telur penyu, seperti di Seluma, Manna, Kota Bengkulu ada juga,” ujar Ari, Jumat (6/4/2018).

Diakui Ari, ketika Latun sidak ke pasar-pasar tradisional, masih banyak pedagang yang berani menjual telur Penyu. Kondisi seperti ini, mengisyaratkan bahwa warga acuh dengan arti penting Penyu dalam ekosistem. Padahal konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya telah diatur dalam UU no. 5 tahun 1990.

“Ketika kami sidak di pasar, kami sering menemukan pedagang menjual telur Penyu, masyarakat perlu diedukasi lagi dengan beberapa pergerakan,” imbuh Ari.

Hal tersebut didasari, Badan Konservasi Dunia (IUCN) yang menegaskan, bahwa Penyu sisik sangat terancam punah, dan menurut observasi CITES, kelangkaan Penyu, sudah berada pada Apendiks 1, dimana spesies yang dimasukkan ke dalam kategori ini adalah spesies yang terancam punah bila perdagangannya tidak dihentikan.

“Jadi dalam hal perdagangan, penjualan itu tidak boleh, kecuali kalau tujuannya untuk penelitian,” demikian Ari.