Bengkulu News #KitoNian

Satu Jurnalis Bengkulu Dapat Kesempatan Belajar di Belanda

Foto, Betty Herlina

Salah satu jurnalis Bengkulu sekaligus Founder Bincang Perempuan, Betty Herlina menjadi salah satu jurnalis yang menerima Beasiswa Nuffic Orange Knowledge Programme.

Ia mendapat kesempatan belajar selama 21 hari di  RNTC Media Training Centre, Haarlem, The Netherlands, program Kampanye Media untuk Perubahan Sosial dan Advokasi.

Betty mengatakan, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi pada pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan inklusif.

Sebanyak 63 orang dari berbagai latarbelakang profesi seperti jurnalis, aktivis NGO, communication officer serta ASN dengan bidang kerja berelasi dengan media dilibatkan dalam pelatihan tersebut.

Saat mendaftar, Betty diminta menyusun rancangan program yang nantinya akan menjadi materi produksi di Bincang Perempuan,  media dengan isu perempuan pertama di Bengkulu.

“Sesuai dengan konsen isu media saya, membawa suara perempuan lokal untuk isu  global, saya sudah menyiapkan beberapa program kampanye media tentang perempuan,” kata Betty.

Program tersebut, lanjut Betty akan berlangsung selama 3 bulan dengan output program berupa artikel feature serta konten media sosial.

“Bengkulu, sebagai salah satu provinsi miskin di Indonesia Bagian Barat, ada banyak persoalan yang dihadapi perempuan di sini, mulai dari lingkungan, krisis iklim, hingga kekerasan seksual. Di beberapa titik, perempuan-perempuan lokal sudah melakukan gerakan di akar rumput, namun dukungan dari pemerintah masih dalam hitungan,” papar Betty.

Selain Betty, ada delapan orang lain yang terpilih dari Indonesia. Salah satunya Riska Fitra Sari, Humas Universitas Tandulako, Palu, Sulawesi Tengah. Riska nantinya akan fokus pada isu kekerasan seksual di kampus.

“Nantinya akan fokus dengan isu kampanye kekerasan seksual di kampus, bagaimana melakukan pencegahan dan membuat kampus menjadi ruang aman bagi mahasiswi. Kemendikbud memberikan perhatian khusus terhadap kekerasan seksual,” katanya.

Tak jauh berbeda disampaikan Anjas Bumantara, Analisis Pemberantasan Korupsi, KPK RI. “Rencananya akan membuat kampanye literasi gratifikasi yang akan di kampanyekan di instagram,” kata Anjas, patisipan Indonesia asal Jakarta.

Untuk diketahui, Orange Knowledge Programme diprakarsai dan didanai oleh Kementerian Luar Negeri Belanda sebagai bagian dari kebijakan pembangunan Belanda dan dikelola oleh Nuffic, Organisasi Belanda untuk Kerja Sama Internasional di bidang Pendidikan Tinggi.

Program ini bertujuan untuk berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan inklusif dengan menawarkan akses pendidikan dan pelatihan kepada para profesional dan organisasi.

Tujuh dari sembilan orang dari Indonesia mengikuti kelas Media untuk Perubahan Sosial dan Advokasi, yakni Betty Herlina (Bincang Perempuan/Bengkulu), Riska Fitra Sari (Universitas Tandulako/Palu), Anjas Bumantara (KPK/Jakarta), Maulidya Rohmatul Umamah (Jakarta Feminist/Jakarta), Chyntia Dewi NS (BPOM/Jakarta), Fhiliya Himasari (Walhi/Sumut), Aulia Adila (ASEAN/Jakarta). Sedangkan dua partisipan lainnya mengikuti kelas Kreasi Konten Digital yakni Tuti Alawiyah (Kemdikbud/Jakarta) dan Dewi Bastina (IDCOM/Jakarta)

Selain Indonesia Orange Knowledge Programme round 3 juga diikuti peserta dari Egypt, Lebanon, Yordania, Palestina, Bangladesh, Nigeria dan Iraq.

Baca Juga
Tinggalkan komen