Ribuan Kebaikan Pasar Pembeli dan pedagang di pasar Taba Penanjung. Foto, Dok.BN Terbit : Maret 6, 2024 - Penulis : Opini - Kategori : Opini Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil Kebaikan sesungguhnya adalah sepenuhnya di sisi Allah, ada, dari dan hanya karenaNya. Dengan rahmatNya, Allah melimpahkan kebaikan kepada hamba-hambaNya. Mulai dari kondisi termulia sampai terendah dalam pandangan Allah, baik sosok, waktu sampai tempat sekalipun, semua memiliki spesifikasi dan keutamaan atau keistimewaan masing-masing. Dikatakan sebagai tempat terjelek dalam ungkapan Nabi, pasar menjadi tempat yang dilawankan dengan kondisi sebaliknya sebagai tempat terbaik dengan banyak disebut nama Allah di dalamnya seperti masjid. Namun demikian, jika tempat jelek dijadikan sebagai sarana ibadah, maka akan didapat ribuan kebaikan di dalamnya, meski setingkat pasar. Dalam perkembangannya, pasar juga bertumbuh dan mengalami banyak perubahan, baik dari model, masa, juga jenisnya. Ada pasar modern seperti mall/supermaket yang umumnya di kota besar, ada pasar tradisional seperti kaki lima baik harian atau mingguan sesuai jadwal yang ditetapkan, sampai toko klontong atau warung-warung yang banyak ditemukan di daerah-daerah atau desa pedalaman. Setiap jenis pasar menawarkan berbagai sajian, transaksi dan fasilitas yang menjadi setiap denyutnya. Menarik konsumen, pelanggan, juga berbagai kalangan dengan keperluan beragam dan kebutuhannya. Intinya, terdapat banyak bentuk proses muamalah terjadi di sana. Maka dari itu, bagaimana pun kondisi pasar adanya, kepentingan apa yang ingin diambil di sana untuk tidak lepas beribadah kepada Allah khususnya berupa dzikir kepada Allah untuk meraih ribuan kebaikan selain juga urusan-urusan material (Zahir). Dalam konteks tersebut, Rasulullah Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan do’a atau lebih tepatnya zikir ketika memasuki pasar sebagaimana yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi 5/291 dan al-Hakim 538 sebagaimana yang tercantum dalam Hushn al-Muslim karya Sa’id al-Qahthani, berikut lafaz dan artinya sekaligus sebagai bagian penutup dalam ulasan kali ini, “Shadaqallah!” “Laa ilaaha illahu wahdahu laa syariikalahu, lahulmulku wa lahulhamdu yuhyi wa yumiitu, wa huwa hayyun laa yamuutu biyadihil khoir, wa huwa ‘ala kulli syai’in qodiir.” Artinya: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya segala pujian. Dia-lah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dia-lah Yang Hidup, tidak akan mati. Di tangan-Nya kebaikan. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Nama * Email * Komentar * Kirim Komentar Δ Revolusi Digital: Mengapa Film Internet Menjadi Pilihan Utama pada Generasi Z Menggali Peran Komunikasi Massa dalam Era Informasi Digital Media Massa: Beradaptasi dan Berjaya di Era Digital Citizen Journalism Menjadi Ancaman bagi Wartawan di Era Media Digital? Orang Lembak Pimpin Bengkulu, Pantaskah? Ketua KPU Ajari Parpol Mengakali Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 12/PUU-XXII/2024 Revolusi Digital: Mengapa Film Internet Menjadi Pilihan Utama pada Generasi Z Menggali Peran Komunikasi Massa dalam Era Informasi Digital Media Massa: Beradaptasi dan Berjaya di Era Digital Citizen Journalism Menjadi Ancaman bagi Wartawan di Era Media Digital? Orang Lembak Pimpin Bengkulu, Pantaskah? Ketua KPU Ajari Parpol Mengakali Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 12/PUU-XXII/2024