Logo

Orang Lembak Pimpin Bengkulu, Pantaskah?

Orang Lembak Pimpin Bengkulu, Pantaskah?

“Kalu ade wang kite ngape harus wang lain, kalu bukan kini kebile lagi”

Begitulah contoh bahasa Suku Lembak Bengkulu yang merupakan salah satu suku tertua. Populasinya tersebar di berbagai wilayah, baik kabupaten maupun kota yang ada di Provinsi Bengkulu.

Berdasarkan sejarah perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, sangat banyak lahir tokoh-tokoh perjuangan dari suku ini. Turun langsung dalam usaha mengusir para penjajah dari tanah Bengkulu.

Tokoh pejuang Suku Lembak yang paling fenomenal dikenal adalah sosok Raden Burniat yang ikut serta dalam penyerangan ke Benteng Marlborough. Namanya bahkan diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Kota Bengkulu.

Namun nampaknya, sejarah besar Suku Lembak dan tokoh-tokoh hebat yang telah muncul selama ini. Belum mampu mengantarkan 1 orang pun sosok pribumi asli yang bisa menduduki posisi pemimpin tertinggi di Kota Bengkulu. Baik menjadi Walikota ataupun sekedar menjadi Wakil Walikota Bengkulu. Belum ada sejarahnya Orang Lembak menduduki jabatan itu.

Apakah ini menandakan bahwa Suku Lembak Bengkulu tidak akan pernah mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin tertinggi di kota Bengkulu? Tempat kelahirannya sendiri. Atau apakah selama ini Suku Lembak Bengkulu hanya dianggap sebagai masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk memimpin. Sehingga hanya pantas dipimpin orang lain. Bahkan bukan pribumi asli Bengkulu?

Kenyataan ini dipandang oleh beberapa pihak sebagai kondisi yang menyedihkan. Memberikan kesan kepada publik bahwa tidak ada persatuan dan kesatuan yang tercipta di tengah-tengah Suku Lembak  Bengkulu.

Padahal itu salah, persatuan itu masih ada. Hanya saja, persatuan mereka hanya sebatas komunitas-komunitas kecil saja.

Mereka belum sepenuhnya sadar, bahwa keberadaan sosok pemimpin daerah yang lahir dari keturunan etnis sendiri adalah langkah konkrit. Agar bisa menjaga eksistensi dan keberadaan suku mereka, sebagai langkah tepat untuk menjaga keberadaan adat istiadat serta seni budaya asli Suku Lembak  Bengkulu dari kejamnya perkembangan zaman.

Mereka belum menyadari bahwa bagi seorang pimpinan, kepentingan suku asal adalah kepentingan yang paling utama diatas kepentingan suku lain.

Contoh terdekat untuk di Bengkulu adalah Kabupaten Seluma. Meskipun awalnya politik identitas terkesan kurang bagus. Namun faktanya, saat ini kebudayaan asli dari kabupaten Seluma tumbuh kembali semenjak dipimpin oleh keturunan asli dari suku mereka sendiri.

Demikian juga dengan Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Selatan, Kaur dan daerah lain yang ada di luar Provinsi Bengkulu. Sudah membuktikan bahwa pemimpin dari etnis pribumi adalah langkah tepat dalam menjaga keberlangsungan adat dan istiadat serta seni budaya asli mereka.

Karena pada dasarnya, setiap individu akan mengutamakan apa yang menjadi identitasnya sendiri di atas identitas milik orang lain. Salah satu kebutuhan pokok lahiriyah sebagai ciri diri untuk pembeda dirinya dengan orang lain. Karena lahir dari asal yang berbeda.

Berkaca dari daerah lain, akankah di tahun politik ini, muncul sosok tokoh dari Suku Lembak  Bengkulu yang akan diusung maju sebagai calon Walikota atau Wakil Walikota Bengkulu? Atau kembali hanya menjadi penonton saja dan ikhlas dipimpin oleh etnis lain? Semua itu tergantung pada pilihan mereka sendiri.

Jika mereka mau, hal itu bisa saja terjadi. Karena banyak tokoh-tokoh dari etnis yang berbeda justru sangat mendukung adanya sosok dari Suku Lembak untuk maju menjadi pemimpin di Bengkulu. Dukungan ini menunjukkan bahwa, selama ini Suku Lembak sangat terbuka kepada etnis-etnis pendatang. Sehingga mereka merasa nyaman dan menganggap sudah saatnya keturunan Suku Lembak dimunculkan demi kemajuan Kota Bengkulu.

Ditambah lagi Suku Lembak  Bengkulu merupakan suku pribumi asli dengan populasi yang tinggi di Kota Bengkulu. Berdasarkan beberapa survey, jumlah populasi Orang Lembak di kota Bengkulu saat ini mencapai 30 persen lebih dari populasi total penduduk kota.

Selain itu, sudah banyak tokoh-tokoh intelektual yang lahir dari suku pribumi asli ini. Salah satu contohnya di tahun 2019 kemarin, 7 orang anggota DPRD Kota Bengkulu berhasil diduduki oleh para keturunan asli Suku Lembak  Bengkulu.

Bukan sekedar anggota, 7 orang tersebut bahkan menduduki jabatan penting di lembaga legislatif itu. Dipuncak jabatan yaitu jabatan Ketua DPRD Kota Bengkulu periode 2019-2024, berhasil diduduki oleh Suprianto yang merupakan keturunan Suku Lembak Bengkulu asli.

Apakah semua itu belum cukup untuk jadi cambuk penyemangat agar Suku Lembak Bengkulu berani unjuk gigi?

Penulis ; Pemuda Lembak Bengkulu Ronny Dewanyara