Logo

Cinta Olahraga Ekstrim dan Berniat Buka Wisata Arung Jeram

KOTA BENGKULU, bengkulunews.co.id – Terlahir sebagai wanita yang memiliki hobi menggeluti olaraga olahraga ekstrim, Esti (44), wanita kelahiran Kediri Jawa Timur ini, yang juga Dosen Bahasa Inggris Universitas Bengkulu (Unib) terus menggembangkan hobinya di beberapa bidang olahraga Ekstrim.

Diantaranya melakukan pendakian puncak gunung, hingga mengarungi derasnya arus sungai yang ada di Provinsi Bengkulu, maupun provinsi tetangga.

Hingga akhirnya wanita yang memiliki dua orang putri ini berniat membuka Wisata Arung Jeram di kawasan Sungai Asam Kumbang, Desa Kota Agung, Kecamatan Bermani Ilir, Kabupaten Kepahiang.

Untuk melancarkan niat dan tujuannya, Erni yang juga pembina Organisasi Makupala di Universitas Bengkulu, akhirnya mengajak teman temanya yang memiliki hobi yang sama untuk menantang serta menaklukan derasnya arus disungai Asam Kumbang Kabupaten Kepahiang.

Tak hanya itu, selain berniat untuk menaklukan derasnya arus sungai tersebut, tujuan utama Esti (korban,red), tak lain untuk melakukan peninjauanan atau surpey tempat, yang mana menurut keterangan dan informasi yang didapat bengkulunews.co.id, dilokasi tersebut akan dibuka tempat wisata arung jeram oleh korban beserta suaminya Erfan, yang juga pecinta hobi yang sama.

“Iya kedatangan beliau kesana memang untuk survey tempat, yang mana sebelum kejadian itu, beliau ini memang ingin membuka wisata arung jeram disana. Dan saya kebetulan diajak beliau, karena memang saya bersama Bu Esti ini memiliki hobi yang sama, dan kamipun sering melakukan aktivitas ini di beberapa tempat,” ungkap Joan, kepada bengkulunews.co.id, Minggu (23/4/2017).

Bahkan untuk lokasi sungai Kumbang Asam, lanjut dia, ini bukan kali pertama beliau lakukan arung jeram tersebut, melainkan sudah yang kesekian kalinya, hingga terakhir, Sabtu (22/4/2017).

“Dan ternyata, Arung jeram yang kami lakukan kemarin, itu merupakan hari terakhir beliau mengarungi deras Arus di berbagai Sungai berbatu,” ujarnya.

Dijelaskanya kembali, kronologis tersebut terjadi sekitar pukul 15.30 WIB, yang mana pada saat pengarungan yang itu, korban berperan sebagai sliver, atau kapten pada pengarungan itu, namun dikarenakan arus sungai itu sangat deras, hingga kapal karet yang dikendalikan oleh korban dan 6 orang mahasiswanya, menbarak dinding batu dan terbalik.

“Saat kapal terbalik, teman-teman lainya, berhasil menepi dan naik ke daratan, kecuali Bu Esti sendiri. Mendapat laporan itu, kami yang saat itu berada dititik start, segera mengarungi kembali lokasi tempat dimana kapal itu terbalik,” ungkapnya lagi.

Setelah menempuh perjalan 4 Km, dari titik start ke lokasi terbaliknya kapal, lanjut Joan, dirinya beserta suami korban, mencoba melakukan simulasi kejadian, dan mengembalikan perahu tersebut.

“Ya kami beranggapan, karena beliau merupakan seorang propesional dalam hal ini, dan dia (Esti,red) tahu bagaimana melakukan penyelamatan diri. Dan disitu kami mengambil kesimpulan pertama. Karena di dalam ilmu pengarungan apabila si pengarung tertinggal perahu, dia harus survey dan menjajaki hutan satu persatu dan menjajaki tepian sungai,” tegas Joan.

Karena dalam pengarungan tersebut, sambung Joan Lagi, pihaknya tidak menemukan hasil, akhirnya pihaknya memutuskan melanjutkan pencarian pada Minggu (23/4/2017) pagi.

“Akhirnya setelah kembali melakukan penyelusuran, Bu Esti pun berhasil kami temukan, namun naas korban kami temukan di tepian sungai dengan keaadan sudah tidak bernyawa,” jelas Joan sambil menitikkan air mata.

Tak hanya itu, menurut Joan, diduga meninggalnya korban dikarenakan kehabisan tenaga. Karena pada saat ditemukan korban masih menggunakan jaket pelampung dan helm, sebagai alat pengamanan.

Baca Juga: Dosen Unib Korban Arung Jeram Dimakamkan