Berita Nasional dan Lokal #KitoNian

Ini Kata KONI Terkait Pencoretan Nama Atlet

BENGKULU – Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) Pengurus Provinsi (Pengprov) FORKI Bengkulu akhirnya buka suara terkait sikap protes pencoretan atlet dari Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Karate piala KASAD tahun 2019.

Saat dikonfirmasi kepada Wakil Kepala 1 Koni Provinsi Bengkulu, Irwan Alwi mengatakan, jika ada permasalahan, dapat diselesaikan secara internal terlebih dahulu. Sebab KONI hanya membantu FORKI jika memiliki program.

”Koni sebatas membantu kepengurusan FORKI Sampai definitif, kalau ada polemik internal ya harus diselesaikan ditingkat FORKI. Kan mereka punya pengurusnya. Ada ketua umum dan perangkat lain yang harus diselesaikan di internal FORKI, KONI sifatnya membantu ketika mreka punya program,” kata Alwi, Selasa (13/03/19).

Kemudian, Ari selaku Wakil Ketua Binpres Pengprov FORKI Bengkulu menjelaskan, keputusan pencoretan atlet tersebut memang sudah kebijakan dari Binpres sendiri.

”Di AD/ART, sudah jelas bahwa Binpres itu membidangi atlet maupun kepelatihan. Keputusan dalam pencoretan itu sudah diambil atas pertimbangan pelatih dan Binpres, saat sebelum melakukan keputusan,” ujar Ari saat dikonfirmasi via telepon.

Lalu, ia menambahkan dalam pertimbangan tersebut, ada beberapa hal yang mendasari atas kebijakan Binpres.

”Anggaran yang terbatas, peluang, dan kesempatan bagi atlet dari luar kota. Dan anggaran yang diusulkan ke KONI, berkisar Rp 120 jutaan. Namun yang bakal cairkan hanya Rp 60 jutaan. Dengan anggaran segitu, maka jumlah atlet akan dikurangi. Untuk tiketnya saja sudah Rp 4 jutaan per orang pulang pergi (PP) . Dengan dana segitu (Rp 60 juta) mana cukup. Untuk tiket saja sudah dihitung-hitung sudah lebih Rp 60 jutaan. Yang berangkat kan bukan cuma atlet saja tetapi Pelatih dan wasit juga ikut,” tambahnya.

Selanjutnya, pertimbangan kedua, bahwa pihaknya juga mempertimbangkan soal peluang atlet mendapat medali. Dia bilang, pelatih yang lebih tahu persis atlet yang lebih berpotensi dan punya peluang besar untuk mendapatkan medali.

“Adapun beberapa nama yang ada, memang sudah pernah juara di level lebih tinggi, seperti Fajri, Lia, dan Hestri,” katanya.

Dalam Kebijakan tersebut mengakomodir atlet-atlet yang ada di daerah-daerah.

“Mereka protes, masa cuma dari Kota saja yang direkrut. Memangnya anak daerah tidak bisa? Ini yang menjadi salah satu pertimbangan,” katanya.

Dalam daftar atlet saat ini yang berlatih di pusat pendidikan dan latihan pelajar (PPLP) memang ada yang berasal dari daerah, yakni Deri Dwi Anggara, asal Wadokai Mukomuko. Deri diproyeksikan turun di kelas kumite -60 kg. Kelas ini sebelumnya diisi oleh Twosom Efriadi Gultom (Inkado).

Lebih lanjut, menurut Ari, dari 11 atlet yang dipanggil pemusatan latihan, bukan hanya nama Abdi Fallah saja yang dicoret, namun ada empat nama lagi.

“Kok yang protes cuman satu aja. Yang lain kan enggak. Ini kan artinya cuma satu aja yang protes, yang lain menerima kok dalam keputusan itu, silakan saja tanya ke mereka,” tandasnya.

Ari mengatakan jika ada pihak yang protes seperti itu apakah bisa menjamin karate ka nya meraih medali, jika dapat menjamin hal tersebut maka ia siap memanggilnya kembali

“Bisa jamin nggak anaknya dapat medali? Jangankan yang emas, perunggu pun jadi,” tantang Ari.

Oleh sebab itu, dari pertimbangan tersebut, Binpres mengambil kebijakan pencoretan tersebut. Ditambahkan lagi Ari mengatakan, nama-nama yang masih berlatih saat ini juga belum dipastikan akan lolos atau tidak.

“Lagian Piala KASAD sendiri juga mundur dari jadwal semula. Saya sudah konfirmasi. Bisa juga nanti tidak jadi,” kata Ari.

Sementara itu, jika mau diberangkatkan semuanya, maka KONI juga harus mengakomodir atau tindakan kebutuhan sesuai dengan yang diajukan dalam proposal.

“Jadi seharusnya pertanyaan itu ke KONI. Berapa anggaran mereka itu,” ujar Ari.

Baca Juga
Tinggalkan komen