Logo

Harusnya Kita Bersatu

KASUS virus corona COVID-19 di seluruh dunia mencapai 119.044 hingga Selasa (11/3/2020) pukul 10.30 WIB. Menurut data Johns Hopkins CSSE, jumlah pasien COVID-19 di luar Cina yang paling banyak di Italia dengan jumlah kasus 10.149. Kemudian disusul Iran 8.042 kasus dan Korea Selatan dengan 7.755 kasus.

Jumlah pasien yang sembuh dan dinyatakan bebas virus corona COVID-19 mencapai 65.762 orang dan jumlah kematian akibat COVID-19 mencapai 4.284 orang. Kematian paling banyak di luar Cina dilaporkan di Italia sebanyak 631 kematian, Iran 291 kematian, dan Korea Selatan 54 kematian. (Dikutip dari berbagai sumber).

Sedangkan Jumlah orang yang terjangkit virus Corona Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Per Senin (16/3/2020) pukul 05.00 WIB, Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, mengatakan sudah ada 117 orang yang positif di Indonesia. Data itu diumumkan Yuri pada Minggu (15/3) kemarin. Bila dibandingkan dengan data Sabtu (14/3), jumlah pasien positif COVID-19 meningkat sebanyak 21 orang.

Tentu dengan penyebarannya yang begitu signifikan pemerintah Indonesia harus segera mengambil kebijakan guna me-mitigasi wabah agar penularan virus Corona Covid-19 ini dapat dilokalisir. Lihatlah pemerintah negara China yang mengkarantina masyarakatnya selama berbulan-bulan, menyiapkan rumah sakit (baru) yang diciptakan khusus untuk warga yang terjangkit wabah Corona Covid-19, lalu diikuti dengan relawan medis yang bekerja siang dan malam. Sedangkan Italia, Irlandia, Denmark, Prancis, Filipina dan Spanyol sudah memastikan status negara dalam keadaan Lockdown. Bahkan Amerika Serikat dan terakhir Malaysia-pun telah mengeluarkan protokol dalam penangan kasus Corona Covid-19 dinegaranya masing-masing dengan supporting dana puluhan bahkan ratusan Triliunan Rupiah.

Dalam salah satu sumber tulisan Munir Sara, Iran sudah menyerah lalu mengadah tangan meminta bantuan untuk dapat menggunakan tekhnologi Israel dalam mitigasi wabah sekaligus sedang berupaya kepada IMF untuk mengajukan (pinjaman) pembiayaan. Dan didalam media The Jerusalem Post edisi 14 Maret 2020 memberi judul berita: Would a zionis coronavirus cure be halal? Iranian cleric says yes; ulama di Iran bahkan sudah mengjalalkan obat-obatan atau vaksin dari Israel sebagai seteru abadinya.

Corona Covid-19 di Indonesia? (Sub judul).

Melihat pengalaman kebelakang tentang bagaimana amburadulnya birokrasi di Indonesia, tenaga medis (profesional) yang terbatas, dan negara yang juga memiliki budaya sanitasi yang buruk wajar membuat kita pesimis kepada pemerintah dalam melakukan mitigasi wabah Corona Covid-19.

Memang benar Presiden telah mengeluarkan imbauan dalam membatasi ruang penularan Corona Covid-19, dan itu juga telah diikuti oleh kepala daerah diwilayahnya masing-masing, akan tetapi disisi lain justru pemerintah pusat memberi insentif wisata sebesar 50% terhadap penerbangan domestik. Benar bahwa pandemi ini hanya permulaan, tapi virus ini me-mutasi diri lebih cepat dengan resiko tertular sangat tinggi. Seperti data yang dirilis WHO, tingkat kemungkinan kematian karena wabah virus ini melonjak dari 2% menjadi 3.4%.

Maka dari itu, respon pemerintah indonesia harus segera melakukan langkah lockdown seperti negara lainnya. Virus yang lebih lama bertahan di iklim tropis ini merupakan ancaman nasional yang tak bisa dianggap sepele. Bahkan kasus yang menimpa menteri perhubungan dalam kabinet pemerintahan sekarang adalah bukti bahwa virus Corona Covid-19 tidak pandang bulu untuk memilih kepada siapa dia menghinggap. Tidak main-main, negara adidaya Amerika Serikat sudah menyiapkan dana 700 triliun sebagai bagian dari protokol negaranya.

Kita semua harus menyadari, Indonesia negara miskin yang hidup dari asupan (hutang) pinjaman berbunga dari luar negeri. Bahkan hari ini, hutang Indonesia sudah tembus 6.000 triliun lebih (meningkat 8% dari tahun lalu). Dan yang lebih mengkhawatirkan jika 270 juta rakyat Indonesia mrnggantungkan diri kepada pemerintah yang banyak sekali keterbatasannya, itu tidak mungkin. Tidak heran, melakukan lockdown ibarat buah simalakama; juga jalan memblokir aktifitas perekonomian negara dan mengunci diri dalam potensi chaos (konflik vertikal-horisontal) yang sangat besar. Tapi langkah harus diambil, penyelamatan kepada warga megara harus dilaksanakan. Pemerintah harus berani mengambil resiko dengan setiap kemungkinan yang terburuk.

Mari Bersama Menggandengkan Tangan (sub judul).

Dalam postingan salah satu netizen, ada fenomena menarik di Italia yang bisa kita lakukan dalam berperang melawan wabah virus Corona Covid-19. Ketika negara tersebut “ditinggal” sendiri oleh sekutu dalam mengatasi krisis pangan, alat kesehatan dan obat-obatan akibat dampak Corona Covid-19. Selain berharap sikap pemerintah yang tegas (keselamatan warga negara Indonesia adalah hal utama) dan transparansi penanganan terhadap virus Corona Covid-19 yang harus diketahui oleh publik, masyarakat juga harus mengambil peran dengan kesadaran; membatasi diri dalam kunjungan keluar kota/negeri, melakukan proses standar sanitasi terhadap diri sendiri ataupun lingkungan tempat tinggal dan kerja, juga memeriksakan diri ke rumah sakit yang direkomendasikan pemerintah, membatasi diri ketempat keramaian, dan yang paling penting adalah bersama-sama pemerintah untuk menghadapi situasi ini sebaik mungkin.

Dengan kebersamaan itulah setiap kita harus mengambil peran. Tak ada persoalan politik lagi disini, tak ada ruang untuk saling menghujat lagi dalam kelompok yang berbeda pandangan politik. Hanya ada satu jalan, yaitu utuh menjadi bangsa Indonesia.

Di Itali masyarakat mengibarkan bendera negara dijendelanya masing-masing. Dari dalam (karantina) rumah mereka menyampaikan pesan kepada pemerintah negara bahkan kepada dunia bahwa “Kami Rakyat Itali Akan Selalu Bersama Pemerintah Dan Negara Kami”.(***)