Logo

UMKM Sirup Kalamansi Manfaatkan Bio Gas untuk Atasi Limbah

BENGKULU – Lokasi produksi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) sirup kalamansi Giwi Gewi yang menjadi minuman khas Provinsi Bengkulu beralamat Jalan Budi Utomo, Gang Beringin Unib Depan, saat ini menerapkan produks bio gas. Peralihan metode produksi tersebut, berawal dari keluhan masyarakat terkait limbah produksi yang dirasa menggangu dan mengeluarkan bau tak sedap.

“Selama ini kami di pusingkan dengan keluhan beberapa tetangga di sekitar, dimana limbah yang dihasilkan dari perasan jeruk ini menimbulkan bau yang tidak sedap, karena usaha kami ini berawal di wilayah permukiman,” ujar Armi Yurida selaku ketua kelompok UMKM jeruk kalamansi GiwiGewi, usai metode bio gas miliknya diresmikan oleh Pimpinan Bank Indonesia perwakilan Bengkulu, Endang Kurnia, pada Selasa (6/10).

Dilanjutkan Armi, karena keluhan tersebut, dirinya mengadu pada Bank Indonesia, selaku pemberi fasilitas di setiap produksi jeruk kalamansi miliknya, untuk mendapatkan solusi terbaik.

“Kami inisiatif untuk mendiskukan ini dengan Bank Indonesia sebagai orang tua yang telah membina kami, akhirnya tanggapan itu dijawab dengan bantuan alat pengolahan limbah,” bebernya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Endang Kurnia mengatakan BI sebagai fasilitator berjalannya UMKM GiwiGewi dalam waktu kedepan akan segera mengkonfirmasi pada pihak RT dan RW setempat atas pembaharuan produksi jeruk kalamansi, agar masyarakat tahu bahwa produksi jeruk kalamansi di lingkungan rumahnya, kini telah menjadi produksi yang ramah lingkungan.

“Problem utama ini adalah limbah dari kalamansi menjadi polusi bau, kami bantu menginstalasi mesin pengolah limbah, bagusnya bukan hanya bau yang kita solusikan tetapi juga ada manfaat yang lain, selain bio gas,limbah yang lain menjadi pupuk untuk pohon jeruk itu juga,” kata Endang.

Tidak hanya UMKM Giwi Gewi, disaat bersamaan UMKM jeruk kalamansi Putri Bengkulu yang juga binaan BI berada di Tugu Hiu Bengkulu Tengah juga mendapatkan perhatian bio gas.

“Nanti kami bekerja sama dengan lurah dan RT dan RW setempat untuk bisa mengkonfirmasikan, karena metode ini harus kami tes lagi satu atau dua bulan kedepan,” jelasnya.