Logo

Ribuan Warga Garut ikuti Budaya Sadar Bencana

Foto : BNPB

GARUT, bengkulunews.co.id – Pengetahuan masyarakat terhadap bencana, meningkat signifikan sejak tsunami Aceh 2004. Namun, pengetahuan itu belum meningkat menjadi sikap dan perilaku sehari-hari.

Hal ini, kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, seringkali menyebabkan korban bencana masih tinggi. Sehingga, kata dia, budaya sadar bencana harus terus disosialisasikan.

”Masyarakat memang harus mempunyai semacam saving self atau penyelamatan terhadap dirinya sendiri,” tulis Sutopo, yang diterima bengkulunews.co.id, Minggu (21/5/2017).

Sutopo mengatakan, kesadaran terhadap kondisi real sebagai negara rawan gempa, setidaknya dapat menanamkan kesiapan mental pada diri masyarakat untuk menghadapi setiap bencana.

Sebab, terang Sutopo, menumbuhkan budaya sadar bencana sangat penting, karena menjadi bagian dalam mewujudkan masyarakat yang tangguh bencana.

Selain itu, tambah dia, budaya dalam masyarakat merupakan sebuah sistem kultural yang secara otomatis terus-menerus ditanam dan diwariskan.

”Salah satu bentuk sosialisasi budaya sadar bencana adalah, melalui edukasi ‘BNPB Mengajar’, dan pendekatan kearifan lokal dengan gelar kesenian rakyat,” kata Sutopo.

Sutopo menyebut, budaya sadar bencana masyarakat Garut masih cukup rendah. Sementara, Garut adalah daerah rawan multi bencana yang lengkap. Seperti banjir, longsor, gempa, tsunami, erupsi gunung api, kekeringan, kebakaran hutan dan puting beliung.

”Luasnya wilayah Garut, disparitas yang tinggi dan masih banyaknya kemiskinan, menyebabkan risiko bencana tinggi,” imbuh Sutopo.

Terkait hal tersebut, sampai Sutopo, ‘BNPB Mengajar’ digelar di SDN Giriawas 03 Kampung Babakan Jolok Desa Giriawas Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu 20 Mei 2017.

”Materi yang diberikan berkaitan dengan potensi bencana di daerah Garut, dalam bentuk film animasi dan dongeng yang mudah diterima, diingat dan membuat anak-anak tertarik,” jelas Sutopo.

Selain itu, tambah Sutopo, BNPB juga menggelar kesenian tradisional wayang golek, dengan dalang opik Sunandar Sunarya Giriharja 3, di Alun-alun Bayongbong, Garut. Dimana sosialisasi budaya sadar bencana diselipkan dalam cerita wayang golek. Dimana pada kesempatan itu, ribuan masyarakat Garut hadir dan larut dalam sosialisasi.

”Kesenian tradisional merupakan media yang efektif dalam sosialisasi masyarakat di pedesaan. Masyarakat mudah menerima pesan kebencanaan,” beber Sutopo.

”Maka dari itu, kita harus meningkatkan kesiapsiagaan dan menumbuhkan kesadaran bencana. Melalui kesenian tradisional, dengan mudah masyarakat mendapatkan hiburan sekaligus edukasi bencana,” ucap Sutopo.

Sutopo juga mengatakan, pendekatan seni dan kearifan lokal untuk meningkatkan budaya sadar bencana, disesuaikan dengan kesenian daerah masing-masing, sekaligus menggerakan ekonomi lokal. Seperti, halnya pedagang.

”Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin BNPB setiap tahunnya. Tahun ini, kami akan menyelenggarakan di empat tempat, pertama di Garut ini, kemudian Blora, Purworejo dan Trenggalek,” imbuh Sutopo.

Ia mengharapkan, dengan sosialisasi ini budaya sadar bencana meningkat di masyarakat.

”Kita masih sering mengabaikan aspek risiko bencana dalam kehidupan sehari-hari,” tutup Sutopo.

Sementara itu, Bupati Garut, Rudi Gunawan mengatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat Garut menyampaikan ucapan terima kasih kepada BNPB terkait budaya sadar bencana yang digelar di daerahnya.

Rudi mengingat, saat banjir bandang Garut, pada 30 September 2016, yang menyebabkan 36 orang meninggal, 17 orang hilang dan ribuan rumah rusak telah menyadarkan pentingnya mitigasi bencana.

”Masyarakat harus terus diberi sosialisasi bencana,” tandas Rudi.