Logo

Puluhan Anak dan Perempuan Alami Kekerasan

KOTA BENGKULU, bengkulunews.co.id – Women’s Crisis Center (WCC) Cahaya Perempuan Bengkulu, mencatat sepanjang tahun 2016, angka kekerasan terhadap anak dan perempuan mencapai 225 kasus. Sementara, ditahun 2017, terhitung sejak Januari hingga Mei 2017 sebanyak 58 kasus.

Adapun rinciannya, di tahun 2016, Kekerasan Terhadap Istri (KTI) sebanyak 37 kasus, Incest (Perkawinan Sedarah) 19 kasus, Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) 29 kasus.

Kemudian, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 6 kasus, pelecehan seksual 8 kasus, percobaan perkosaan 6 kasus, pemerkosaan 34 kasus, pencabulan terdapat 57 kasus.

Selain itu, perdagangan perempuan 3 kasus, penganiayaan fisik 14 kasus, kekerasan terhadap anak 10 kasus
serta Sodomi 2 kasus.

Untuk di tahun 2017, Januari hingga Mei 2017, pemerkosaan 11 kasus, pelecehan seksual 1 kasus, percobaan pemerkosaan 1 kasus, KTI 17 kasus, penganiayaan fisik terdapat 1 kasus, Incest 10 kasus, pencabulan 9 kasus dan kekerasan dalam pacaran 8 kasus.

Direktur Eksekutif Cahaya Perempuan Women Crisis Centre (WCC) Bengkulu, Tety Sumeri mengatakan, tingginya angka kekerasan terhadap anak dan perempuan di Bengkulu, diduga dipicu faktor ketimpangan kekuasaan di kalangan masyarakat.

”Misalnya, faktor kekuasaan antara atasan dan bawahan di kantor. Kekuasaan yang menjadi iming-iming serta ancaman terhadap anak, yang dilakukan oleh ayah kandung maupun ayah angkat,” kata Tety, Jumat (12/5/2017).

Untuk mengantisipasi angka kekerasan tersebut, terang Tety, pihaknya telah melakukan tindakan pendidikan kritis desa, yang dilakukan terhadap kelompok perempuan muda, pemuda serta kalangan ibu dan kalangan bapak yang terdapat di desa.

”Hal ini untuk memberikan pendidikan, terhadap masyarakat dalam menekan tingginya angka kekerasan terhadap anak dan perempuan,” sampai Tety.

Sejauh ini, tambah Teti, pihaknya telah memberikan pendidikan kritis didua kabupaten, di ”Bumi Rafflesia”. Yakni, di Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong.

”Diharapkan dengan pemberian pendidikan ini dapat menekan angka kekerasan terhadap anak dan perempuan di Provinsi Bengkulu,” pungkas Tety.