Logo

Nana dan Ve, Perempuan Pengusaha di Balik Brand Hijab Kito Scarf Premium Khas Bengkulu

BENGKULU – Siapa yang tak kenal dengan brand hijab Kito Scarf Premium Hijab Khas Bengkulu. Hijab dengan kualitas premium dan memiliki motif khas Provinsi Bengkulu. Mengusung motif khas kearifan lokal mulai dari bunga Rafflesia hingga kaligrafi.

Tiada lain, ialah Diana Aprilianti yang biasa disapa Nana dan Verani Indiarma, yang bisa dikenal dengan Ve, dua sahabat dibalik brand hijab Kito Scarf Premium Hijab Khas Bengkulu. Meskipun berbeda sekolah, namun keduanya sudah saling mengenal sejak masih duduk di bangku SMA. Hingga akhirnya dipertemukan di bangku kuliah, FISIP Universitas Bengkulu.

Lama menjalani persahabatan, medio 2016 keduanya tertarik untuk merintis usaha pembuatan hijab. Saat itu, hijab printing sedang menjadi tren yang diminati banyak kalangan. Keduanya memutar otak agar dapat menghasilkan produk dengan identitas tersendiri. Pilihannya jatuh pada ikon legendaris, bunga Raflesia. Mereka melihat hal tersebut sebagai peluang untuk dijadikan konsep motif khas hijab printing.

“Bisnis itu orang cari yang berbeda, kalau di tengah tren hijab printing kita juga muncul dengan konsep yang sama, lantas bedanya apa. Aku tidak mau kalau sama. Makanya kita mulai mencari referensi hijab printing dengan konsep yang berbeda dari lainnya,” ungkap Ve, Kamis (14/09/23).

Tak mudah bagi Diana dan Verani menjalani bisnis saat itu. Bermodal awal Rp 1,5 juta, keduanya memutuskan untuk mencari bahan premium yang menjadi salah satu identitas produknya. Berbagai kendala dialami selama proses pengembangan usaha, mulai dari hasil cetakan yang tidak sesuai, hingga paduan warna yang pecah.

Hijab dengan motif Rafflesia, produksi KitoScarf Bengkulu. Cindy/BN

Hijab dengan motif Rafflesia, produksi KitoScarf Bengkulu. Cindy/BN

Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya. Mereka kembali memutar otak agar menghasilkan hijab dengan kualitas benar-benar premium. Kedua sahabat ini memutuskan untuk pergi ke Jakarta dan Bandung, mencari pabrik terbaik untuk membantu produksinya.

“Segala hal menjadi pertimbangan mulai dari memilih bahan, tempat produksi hingga motif yang dibuat sendiri sampai akhirnya melahirkan produk ciri khas Bengkulu. Saat itu tahun 2018, kami memulai dengan memasarkan tujuh buah hijab, pemasarannya masih dari pintu ke pintu,” kenang Ve.

Siapa sangka, perjuangan 5 tahun merintis usaha tidak sia-sia. Dari awalnya hanya memproduksi 7 lembar hijab, kini Kito Scarf sudah berhasil menembus produksi 13 ribu lembar hijab. Pemasarannya pun tidak hanya di lokal atau di Indonesia saja, namun sudah menjelajah mancanegara.

Jumpalitan keseriusan membangun usaha yang dilakukan Ve dan Nana, membuat brand Kito Scarf mulai dilirik investor. Salah satunya Bank Indonesia yang memberikan pembinaan. Kito Scarf mulai mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pameran besar, nasional bahkan sampai bertaraf internasional. Selain itu sederet penghargaan juga diraih Kito Scarf seperti menjadi salah satu 25 peserta terbaik onboarding BI tahun 2021 se- Indonesia. Serta  menjadi salah satu dari 30 peserta bangga buatan Indonesia Bengkulu 2023.

“Omzet yang didapat juga meningkat, awalnya hanya mendapatkan penghasilan Rp1,4 juta. Namun kini pada tahun ke lima berhasil mencapai angka Rp70 juta,” ungkapnya.

Kolaborasi Verani yang mahir dalam membuat desain, dan Nana yang piawai dalam marketing produk, membuat keduanya saling melengkapi satu sama lain. Saat ini, Kito Scraft tidak hanya memproduksi hijab saja namun juga membuat bros dan tas motif khas Bengkulu, dengan harga mulai dari Rp100 ribu hingg Rp200 ribu.

“Harapan ke depan Kito Scarf bisa menjadi salah satu produk unggulan bengkulu yang mampu bersaing dengan produk nasional bahkan produk mancanegara,” pungkas.

*) Tulisan ini diproduksi kerjasama Bincang Perempuan dan Bengkulu News sebagai program peningkatan kapasitas jurnalis perempuan menulis berita berperspektif gender “Perempuan dalam Ruang Publik