

BENGKULU – Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bengkulu, Teuku Zulkarnain, mengomentari rencana penetapan empat jalur kebijakan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) yang akan diterapkan mulai tahun ajaran 2025/2026.
Ia menegaskan bahwa semua sekolah harus memiliki standar yang sama agar tidak ada praktik manipulasi.
“Kalau kita tetap menggunakan sistem zonasi atau sistem domisili, maka semua sekolah harus memiliki standar yang sama. Tidak boleh ada yang manipulasi,” kata Teuku Zulkarnain, Rabu (05/03/2025).
Keempat jalur yang akan diterapkan tersebut meliputi jalur domisili, prestasi (akademik, non-akademik, dan kepemimpinan), jalur afirmasi, dan jalur mutasi. Setiap jalur memiliki persentase kuota minimal di setiap jenjang pendidikan.
Teuku menjelaskan bahwa sistem penerimaan murid baru berdasarkan domisili pada dasarnya mirip dengan sistem zonasi yang sebelumnya diterapkan. Oleh karena itu, standarisasi kualitas sekolah sangat penting untuk menghindari praktik manipulasi.
“Dulu kan berdasarkan zona, sekarang berdasarkan domisili. Sebenarnya hampir sama saja. Kadang-kadang ada yang mengakali dengan membuat domisili di zona tertentu agar bisa masuk sekolah favorit,” terangnya.
Teuku menerangkan terkait beberapa area di Bengkulu, seperti Sawah Lebar yang merupakan zona merah untuk SMA-5, SMA-2, dan SMA favorit lainnya. Namun, dirinya prihatin terhadap zona sekitar stadion yang tidak memiliki penduduk.
“Kalau domisilinya letaknya di sana, berarti dia bohong,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Teuku menyatakan bahwa jika semua sekolah memiliki kualitas yang sama, maka anak-anak tidak akan merasa terbebani untuk bersekolah.
“Kalau standarnya sudah sama, di mana pun dia sekolah, hasilnya akan sama. Jadi, bebas zonasi atau domisili, kita membebaskan anak-anak untuk memilih sekolah,” tegasnya.
Namun demikian, Teuku menegaskan bahwa aturan domisili tetap akan diterapkan dengan ketat, dan pihak sekolah akan lebih teliti dalam memverifikasi domisili calon siswa.
“Kita harus memastikan bahwa siswa benar-benar tinggal di domisili yang terdaftar, bukan hanya pindah untuk mengakali sistem,” tegasnya.
Selain itu, Teuku menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan sidak untuk menghapus praktik manipulasi yang melibatkan biaya tinggi.
“Kita akan lakukan sidak. Bayangkan, ada yang berani membayar puluhan juta hanya untuk masuk ke SMA favorit. Itu jangan sampai terjadi lagi,” pungkasnya.
Tidak ada komentar.