Logo

Bahan Baku Naik, Pedagang Kerak Telor Resah

Nurdareanti seorang pedagang kerak telor di kawasan Sekolah Dasar Negeri (SDN 59) jalan Bukit Barisan Kelurahan Kebun Tebeng Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Foto, Kurniawan/BN

Nurdareanti seorang pedagang kerak telor di kawasan Sekolah Dasar Negeri (SDN 59) jalan Bukit Barisan Kelurahan Kebun Tebeng Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Foto, Kurniawan/BN

BENGKULU – Dampak kenaikan telur ayam di pasar yang semakian mahal mulai dirasakan sejumlah pedagang kecil. Salah satunya Nurdareanti seorang pedagang kecil-kecilan kerak telor di kawasan Sekolah Dasar Negeri (SDN 59) jalan Bukit Barisan Kelurahan Kebun Tebeng Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu.

Kenaikan harga telur ayam membuat omzet penjualan ia menurun. Namun, Nurdareanti mengaku, belum terfikir untuk menaikkan harga jual dagangannya kendati harga telur ayam semakin mahal.

“Kini penjualan saya masih seperti biasa. Tidak ada penurunan harga maupun mengecilkan ukuran kerak telor yang saya jual, tetap harga lama. Saya takut pembeli pada lari,” ungkap Nurdareanti, Kamis (2/6).

Sebelumnya ia mengaku sempat ingin menaikkan harga dagangannya tersebut. Namun karena pembeli dari kalangan anak-anak sekolah Nurdareanti mengurungkan niatnya tersebut.

“Harganya Rp.5.000 yang besar, yang kecil Rp.2.000, jadi tidak ada kenaikan untuk pembelian,” tambahnya.

Saat ini ia membeli telor untuk ukuran kecil perkarpet Rp.50.000 ribu dari sebelumnya Rp.43.000 ribu. Hal ini menurutnya sangat merugikan bagi pedagang kecil. Ia berharap pemerintah menyikapi persoalan harga telor yang terus merangkak naik.

Mengingat kenaikan harga telor kali ini melebihi batas kewajaran yang tidak hanya membebani konsumen ibu rumah tangga namun juga para Pedagang UMKM.