Rumah Pintar dan Wujud Ekonomi Mandiri di Kampung Berseri Astra Jorong Tabek

Alwin Feraro
Rumah Pintar dan Wujud Ekonomi Mandiri di Kampung Berseri Astra Jorong Tabek

Warga KBA Jorong Tabek sedang mengolah Gula Semut

Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek Kecamatan Hiliran Gumanti, Talang Babungo, Kabupaten Solok, Sumatra Barat berhasil menjadi wajah dari kemandirian ekonomi rakyat. Kampung ini menciptakan ekonomi sirkular dengan rantai distribusi sederhana, hanya dari hasil sumber daya yang ada di wilayah tersebut.

Konsep sirkuler diwujudkan melalui rantai kegiatan ekonomi yang mengintegrasikan proses produksi gula semut berbahan baku nira pohon enau. Limbah produksi gula semut dan sampah organik warga kemudian diolah menjadi pakan maggot. Maggot yang telah berkembang selanjutnya dimanfaatkan sebagai pakan ikan.

Sementara, limbah warga nonorganik lainnya seperti botol air mineral, bungkus makanan ringan, dan lainnya dikelola melalui bank sampah. Kontribusi setiap warga dihitung dalam bentuk rupiah, dan dalam periode tertentu dapat diuangkan Kembali.

Inisiatif ini memberikan dampak yang cukup signifikan bagi penguatan ekonomi warga KBA Jorong Tabek. Ekonomi sirkuler berperan sebagai salah satu jaminan terpenuhinya akses pendidikan dan kesehatan keluarga yang kurang mampu.

Sumber keuangan mandiri ini Menjadi bagian usaha yang mampu menambah pembiayan untuk 20 penerima beasiswa anak muda berprestasi di Jepang.

Lahir dari Rumah Pintar

Ekonomi sirkular di KBA Jorong Tabek tidak serta merta lahir tanpa adanya diskusi antar kelompok masyarakat. Inisiatif itu muncul dari hasil olah pikir di sebuah bangunan panggung berukuran 4×20 meter. Warga membangun tempat ini secara gotong royong pada 2019 lalu, dengan sebutan Rumah Pintar.

Di tempat ini lahirlah beragam inisiatif pengelolaan ekonomi yang berfokus pada pemanfaatan kembali sumber daya alam serta pengurangan limbah dan polusi.

Warga menjadikan Rumah Pintar sebagai perpustakaan budaya dan ruang berbagi konsep ekonomi kerakyatan. Penggalian model ekonomi sirkuler melalui diskusi dengan penggiat sosial dan menjadi titik kumpul bagi 90 penggiat ekonomi setempat yang rata-rata ibu rumah tangga.

Selain dari fungsi intelektual itu, Rumah Pintar juga berperan sebagai pusat informasi 45 homestay untuk wisatawan domestic yang ingin berkunjung ke daerah tersebut.

Kini Rumah Pintar menjadi simbol desa wisata budaya-edukasi sekaligus pusat inspirasi dan laboratorium ekonomi sirkuler di Kawasan Talang Babungo. Daerah yang dulunya terisolir ini kini bergerak menjadi menjadi desa wisata yang terbuka untuk umum.

Dari Gula Semut ke Kolam Ikan KBA

Rumah Produksi Gula Semut Aren Jorong Tabek menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat yang mengolah nira pohon enau menjadi gula semut berkualitas tinggi. Proses pengolahan dilakukan dengan pemanasan nira menggunakan oven berbahan bakar gas, sementara penyadapan dilakukan dengan teknik pemukulan pangkal bunga pohon enau untuk merangsang aliran nira ke dalam bambu penampung.

Rumah produksi ini dikelola oleh 20 kepala keluarga dengan produksi harian mencapai 10–20 kg, dan mampu mencapai 50 kg per hari jika memiliki akses pasar yang lebih luas. Dalam sebulan, produksi optimal bisa mencapai 1.500 kg.

Keunggulan produk terletak pada asal bahan bakunya yang berasal dari daerah berketinggian lebih dari 1.500 mdpl dengan suhu rata-rata 18–24°C, menghasilkan gula dengan kadar kemanisan tinggi dan tekstur lebih halus. Namun, proses produksi masih terbatas dan berpotensi meningkat jika peluang pasar lebih terbuka.

Selain rumah produksi gula semut, Jorong Tabek juga memiliki Rumah Magot yang terintegrasi dengan pengelolaan limbah organik dan non-organik. Limbah organik yang berasal dari proses produksi gula semut, gula batu berbahan baku tebu, serta aktivitas harian warga diolah menjadi pakan magot. Magot dewasa digunakan sebagai pakan untuk Kolam Ikan KBA.

Sementara itu, pengelolaan limbah non-organik dilakukan melalui Bank Sampah yang memungkinkan warga menabung dari hasil penyetoran sampah seperti plastik, botol, kemasan, besi, dan logam lainnya.

Sampah-sampah ini kemudian dijual keluar kawasan dan sebagian hasil penjualannya dikembalikan ke warga dalam bentuk tabungan, sedangkan sisanya digunakan untuk mendukung kegiatan ekonomi dan pembangunan fasilitas di daerah wisata KBA Astra.

Kolam Ikan KBA sendiri merupakan bagian dari ekosistem ekonomi sirkuler di Jorong Tabek yang berfungsi sebagai sarana hiburan dan rekreasi. Kolam ini juga menampung hasil produksi magot, dan dibuka untuk umum dengan sistem tiket masuk bagi pemancing dari luar daerah.

Rata-rata penghasilan bersih kolam mencapai Rp5 juta per bulan, yang sebagian dialokasikan untuk mendukung kebutuhan kesehatan dan pendidikan masyarakat kurang mampu di wilayah tersebut. Melalui inisiatif-inisiatif ini, masyarakat Jorong Tabek membangun kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal dengan prinsip berkelanjutan.

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!