

BENGKULU – Wacana penggantian BBM jenis Pertalite dengan Pertamax Green masih belum mendapat kejelasan. Salah satu pengawas POM Bensin Kilometer 6,5, Teja Fahriansyah, mengungkapkan bahwa hingga saat ini, belum ada informasi terkait penghapusan Pertalite maupun penggantian dengan Pertamax Green.
“Di Kilometer 6,5 ini, kami belum mendapat informasi mengenai penghapusan Pertalite, apalagi penggantian dengan Pertamax Green,” kata Teja, Senin (24/02/2025).
Menurut Teja, jika kebijakan penghapusan Pertalite diterapkan, hal itu pasti akan berdampak pada masyarakat, karena BBM Pertalite merupakan jenis BBM subsidi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Masyarakat juga akan menghadapi kesulitan terkait harga BBM yang lebih mahal.
“Dampaknya pasti masyarakat akan kesulitan, karena Pertalite ini merupakan BBM subsidi yang membantu masyarakat, apalagi dengan harga yang lebih tinggi,” ujarnya.
Kemudian, Teja jugabmenyampaikan bahwa di POM Bensin Kilometer 6,5, stok BBM Pertalite masih mencukupi, yakni sekitar 32 ton. Sebanyak 16 ton baru masuk, sementara 16 ton sisanya masih berada di depot.
“Stok kami saat ini ada 32 ton, 16 ton sudah masuk dan sisanya masih di depot,” terangnya.
Selain itu, Teja menambahkan bahwa selain wacana penghapusan Pertalite, ada pula isu mengenai penghapusan penggunaan barcode scanner untuk pengisian BBM. Namun, hingga kini barcode tersebut belum dihapus karena masih terkait dengan BBM Pertalite.
“Mengenai barcode, kemungkinan besar tidak akan dihapus. Barcode itu masih terkait dengan Pertalite, dan untuk menghitung penjualan BBM subsidi,” ujar Teja.
Barcode ini berfungsi untuk memantau penjualan Pertalite subsidi dan menentukan kelayakan masyarakat untuk mendapatkan subsidi tersebut.
Meski begitu, Teja menegaskan bahwa pihaknya masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah terkait wacana penghapusan tersebut.
“Jika pemerintah mengeluarkan kebijakan penggantian ini, kami akan menerima,” tutup Teja.
Tidak ada komentar.