Logo

Prosesi yang Hilang di Ritual Tabut Bengkulu

Kerukunan keluarga tabut Bengkulu sedang melaksanakan salah satu prosesi pembangunan tabut. Foto, Cindy/BN

Kerukunan keluarga tabut Bengkulu sedang melaksanakan salah satu prosesi pembangunan tabut. Foto, Cindy/BN

BENGKULU – Ketua Sekretariat Tradisi Budaya Keturunan Keluarga Tabut Bengkulu Oza Oktarino, mengatakan dalam menyambut festival Tabut ada beberapa prosesi yang terlupakan dan banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya.

“Sebenarnya kalau diceritakan, apa saja itu banyak yang hilang. Dalam pengertian proses-proses awal itu, banyak yang tidak tau, terutama masyarakat umum. Mereka taunya, pada saat bangunan tabut sudah jadi saja,” kata Oza pada Bengkulunews.co.id Minggu (10/07/22) sore.

Ia mengatakan rangkaian tradisi yang terlupakan tersebut salah satunya adalah ritual pengambilan pelepah rumbia dan ritual pemotongan bambu pertama untuk pondasi bangunan Tabut.

Untuk pemotongan bambu pertama, Oza menuturkan biasanya ritual tersebut dilakukan setelah hari raya Idul Adha atau setelah pemotongan daging qurban.

Ritual ini diiringi dengan doa dan makan bersama, tidak hanya itu, kata Oza, ada lagi ritual Soja yang dilakukan oleh tetua keluarga keturunan tabot.

“Dimana, datuk dari salah satu sesepuh Berkas datang ke Tengah Padang untuk bertemu sesepuh Bangsal. Membahas bahwa acara sudah dekat,” sambungnya.

Selain dari beberapa ritual tersebut, Ia mengungkapkan ada satu ritual lagi yang terlupakan dan hanya dilakukan oleh keluarga Tabut saja.

Ritual Gam atau duka cita, Ia mengatakan ritual ini merupakan tradisi saat keluarga keturunan tabut melakukan nyepi atau keadaan tidak ada suara sama sekali.

“Dari jam tujuh, sampai sebelum ashar, itu tidak ada bunyi-bunyian, nyepilah istilahnya. Tapi hanya dilakukan oleh keluarga saja, ditanggal sembilan, sebelum tabut naik puncak,” tutur Oza.

Walaupun tradisi tersebut telah hilang selama berpuluh-puluh tahun lalu, Oza dan TB KKT berusaha membangkitkan kembali tradisi tersebut dan meminta pemerintah dapat melihat dengan jeli ada tradisi yang memiliki nilai yang tinggi dan harus dikembangkan.

“Apa yang bisa pemerintah lakukan untuk mensupport ritual keluarga, tabot inikan daya tariknya besar sekali karena orang-orang sudah menunggu,” demikian Oza.