Logo

Pesona Maggot, Atasi Sampah dan Beri Nafas untuk Pemuda Putus Sekolah di Rejang Lebong

BENGKULU – Warga Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu awalnya menolak saat Vira Ria Rinjiani mendirikan Rumah Pemuda Kreatif dan mengenalkan budidaya Maggot pada tahun 2018 lalu. Jenis budidaya yang dianggap aneh serta bau sampah organik yang dihasilkan membuat warga di sekitar lokasi budidaya tidak nyaman.

“Mereka kaget kami budidaya ulat belatung, padahal Maggot sendiri beda sama belatung. Kemudian dari bau sampah organik, karena kita selalu stok sampah buat makan Maggot dan itu baunya memang kurang enak,” kata Vira, Jumat (28/07/2023).

Namun itu bukanlah persoalan utama. Masalah sampah dan banyak pemuda putus sekolah di Rejang Lebong membuat Vira tetap berjuang. Lewat organisasi Rumah Pemuda Kreatif, Vira tetap melecut semangat pemuda agar terus berkarya. Ia mengaku membutuhkan waktu satu tahun untuk menarik keseriusan para pemuda tersebut.

“Satu tahun itu memang naik turun, buat semangat dari teman-teman. Karena memang harus lihatin dulu hasilnya baru pemerintah desa, warga desa dan sebagainya tertarik,” ungkap warga asal Desa Teladan Kecamatan Curup Selatan, Rejang Lebong ini.

Bahkan budidaya yang disebut Maggot Recycle Center ini sempat terhenti karena banyaknya protes dari warga. Maggot, yang dianggap tidak biasa untuk dijadikan jenis usaha di Rejang Lebong, malah menimbulkan ketidak nyamanan warga.

“Kalau misalnya Maggot ini makannya kurang, atau berlebih atau kita terlambat memberi makan, maka bau yang tidak sedap ini akan menyebar ke lingkungan yang ada di sekitar kandang Maggot itu. Karena banyaknya protes dari warga, kami sempat menghentikan budidaya Maggot ini,” katanya.

Tidak menyerah, alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup ini dan sejumlah pemuda desa kembali mensosialisasikan budidaya Maggot di akhir 2019. Warga yang telah mengetahui potensi ekonomis dari budidaya Maggot ini akhirnya tertarik untuk ikut serta.

Vira mengatakan, Maggot ini bisa dijual dengan harga Rp 100 ribu per kilogram. Nilai ini terbilang cukup menguntungkan, mengingat modal awal budidaya Maggot tidak terlalu tinggi. Maggot cukup diberi makan dengan sampah organik. Lagipula Rejang Lebong yang terkenal dengan hasil perkebunan sayurnya membuat pakan Maggot tidak sulit untuk dicari.

“Karena mereka lihat kami menjual Maggot satu kilo dengan harga Rp 100 ribu, mereka tertarik. Mereka pikir kita tidak perlu modal yang besar tapi kita sudah bisa menghasilkan uang yang lumayan buat kehidupan sehari-hari,” cerita Vira.

Setelah mengetahui potensi ekonomis Maggot, jumlah warga yang tertarik untuk melakukan budidaya akhirnya meningkat. Informasi yang menguntungkan ini membuat warga di desa lain juga berminat dengan mengikuti pelatihan yang diadakan Vira bersama rekannya.

“Banyak juga warga-warga desa setempat yang mulai ikut budidaya Maggot,” ujarnya.

Budidaya Maggot oleh Vira dan Rumah Pemuda Kreatif di Rejang Lebong.

Budidaya Maggot sengaja dipilih untuk mengatasi persoalan pemuda putus sekolah dan sampah organik di Kabupaten Rejang Lebong. Budidaya ini dianggap dapat menjadi solusi para pemuda sembari mengurangi tumpukan sampah organik yang kerap dijumpai di kabupaten tersebut. Limbahnya juga bisa diolah menjadi pupuk kompos.

Maggot atau larva lalat Black Soldier Fly yang memakan sampah organik bisa dijual sebagai pakan ayam, ikan hias atau ke kolam pemancingan. Usia hidup larva yang hanya 40 hari membuat penjualan hasil Maggot cukup rutin. Tiga kilogram bibit Maggot bisa menghasilkan sampai delapan kilogram Maggot segar.

“Karena kita masih baru yang kita jual kini hanya fresh Maggot atau Maggot segar. Nanti kalau berkembang lagi bisa kita olah jadi dry Maggot atau dry powder Maggot,” pungkas Vira.

Untuk masalah bau yang tidak sedap, Vira mengakalinya dengan mengatur porsi makan dan kebersihan Maggot. Sementara sisa limbah permentasi organik dikurangi dengan semprotan anti bau dan tempat penyimpanan yang memadai.

“Ketika sudah pas semuanya itu tidak mengeluarkan bau. Kalau Maggotnya bersih tidak akan ada bau sedikitpun. Kalau untuk permentasi sampah organik untuk makan Maggot kita simpan dalam gentong besar,” ungkap Vira.

Saat ini kandang Maggot Rumah Pemuda Kreatif berada di Desa Watas Marga Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong dan Desa Simpang Kota Bingin Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang. Satu kandang Maggot biasanya dikerjakan oleh enam orang pemuda dengan tugasnya masing-masing.

Para pemuda yang tergabung dalam organisasi Rumah Pemuda Kreatif di Rejang Lebong kini telah menyadari tentang pentingnya peranan pemuda dan ekonomi kreatif dengan menginisiasi sejumlah program ke pemerintah desa. Program yang diajukan umumnya berhubungan dengan pengelolaan sampah yang kerap dibuang di sekitar sungai di Rejang Lebong.

“Pemuda-pemuda desa ini mulai ikut pemerintah desa dengan mengajukan inovasi baru kepada desa mereka terkait kuantitas sampah yang saat ini belum ada solusinya,” jelas Vira.

Aktivitas Vira dan Rumah Pemuda Kreatif ini kini telah dilirik oleh Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong. Program pengelolaan sampah yang memiliki nilai ekonomis dianggap dapat membantu pemerintah mengurangi jumlah sampah yang menumpuk.

Atas peranannya itu, Vira juga dianugerahi Apresiasi Astra Satu Indonesia Award Tahun 2021 bidang lingkungan. Vira menjadi satu-satunya pemuda yang mewakili Bengkulu saat itu.

Apresiasi Astra ini khusus diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.