Logo

Mengintip Proses Pembuatan Dol, Alat Musik Khas Bengkulu

BENGKULU – Alat musik dol merupakan salah satu alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Provinsi Bengkulu. Alat musik ini memiliki suara yang khas seperti suara bedug atau bass.

Dol biasanya digunakan saat acara penting. Seperti kegiatan peresmian kegiatan, penyambutan tamu penting, penampilan tarian saat festival Tabut, pernikahan dan acara tradisional di Bengkulu.

Salah seorang pengrajin sekaligus pemilik Gallery Dol kelurahan Pondok Besi Kota Bengkulu, Erizal menuturkan ia mulai menggeluti dan membuat doll sejak tahun 1981. Awalnya hanya dipakai sendiri, namun seiring berajalannya waktu dol ini mulai diproduksi untuk dijual.

“Kami membuat dol untuk dipakai sendiri pada tahun 1981 sampai 1994, kemudian tahun 1994 ke atas kami memproduksi untuk kami jual,” katanya saat diwawancarai Bengkulunews.co.id, Minggu (19/11/2023).

Erizal mengatakan, Dol terbuat dari bonggol Kelapa, kulit sapi dan kulit kambing. Bonggol kelapa tersebut dibentuk menyerupai bentuk setengah bola oval lalu dilubangi pada bagian tengah bonggolnya.

Selanjutnya bonggol kelapa yang sudah dilubangi tengahnya itu dijemur sampai bonggol kelapa benar-benar kering.

“Proses penjemuran berlangsung kurang lebih sekitar 1 minggu lamanya,” sampainya.

Setelah bonggol kelapa kering, dilanjutkan pengamplasan sampai licin. Kemudian dibentuk bulatan yang proporsional sehingga tampak seperti bulatan besar.

Sementara, untuk kulit sapi setelah kering dibersihkan, kemudian kulit sapi ditarik sampai mengencang. Lalu bulatan kelapa tadi bagian atasnya dilapisi dengan kulit sapi dan dikuatkan dengan paku. Kemudian Dol diberi rotan dan dicat hijau variasi putih, kuning dan merah.

“Setelah semuanya selesai kemudian kita cat, warna cat yang kami pakai warna hijau itu bukan sembarang warna karena memiliki arti,” sampainya.

Ia menuturkan, Warna hijau ini merupakan warna yang islami kemudian warna putih melambangkan agama islam adalah agama yang suci, warna kuning dan merah memperkenangkan cucu nabi, Hasan dan Husein.

“Dol ini kan alat musik nuansa Islami, rata-rata warna hijau berbau islami, maka kita tidak merubah warna tetap warna hijau, dan kita abadikan kematian Hasan dan Husein di alat musik dol ini,” ujarnya.

Setelah Dol jadi Erizal memajang Dol buatannya di rumah gallery H. Abdul Salam. Z.A miliknya di kawasan Kelurahan Pondok Besi, Kota Bengkulu.

Harga Dol dijual bervariasi sesuai dengan ukurannya. Mulai dari Rp 150 ribu sampai Rp 1,5 juta. Pembelinya bukan dari Bengkulu saja tetapi sudah sampai ke mancanegara.

“Banyak wisatawan yang datang ke Bengkulu bawak oleh-oleh berupa Doll,” tutupnya.