Bengkulu #KitoNian

Kenapa Pemain Kuda Kepang Sering Bertingkah seperti Hewan?

Pertunjukan Kuda Kepang, Bengkulu Tengah. Foto,BN

BENGKULU – Kuda Lumping yang juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa yang bisa dijumpai di seluruh bagian nusantara. Pertunjukkan ini biasa dibawa oleh komunitas Jawa pada perayaan tertentu.

Meski lekat dengan budaya Jawa, tarian yang sarat dengan kesan mistis ini juga kerap menggelar pertunjukan di Bengkulu. Tidak hanya khusus suku Jawa, tradisi ini juga ikut dinikmati oleh suku lain.

Di Bengkulu, atraksi ini terlihat tidak lagi atau jarang menampilkan peserta dengan atribut kuda. Pertunjukan biasanya hanya diisi oleh atraksi kesurupan yang sedikit menakutkan untuk dilihat.

Salah satu pawang Kuda Lumping asal Jawa yang menetap di Kabupaten Kepahiang, Muslimin mengatakan, ritual pemanggilan makhluk ghaib telah dilakukan satu minggu sebelum pertunjukan dimulai. Ritual ini menggunakan cara khusus yang hanya diketahui oleh pawang dan peserta pertunjukan.

“Seminggu sebelum acara dimulai. Itu kita panggil semua untuk nanti masuk waktu acara,” katanya pada bengkulunews.co.id.

Muslimin mengungkap, ada puluhan nama makhluk ghaib yang biasa dipanggil. Semuanya berhubungan dengan hewan seperti Harimau, Kelinci, Babi, Ular hingga Naga. Karakter makhluk ghaib nantinya akan ditunjukkan saat atraksi dimulai.

“Tergantung dia (Makhluk Ghaib) apa, nanti penampilannya sesuai dengan itu. Kalau ular seperti ular atau yang lain,” ungkap Muslimin.

Biasanya perserta atraksi berjumlah 40 orang yang tergabung dari berbagai komunitas Jawa di Bengkulu. Para peserta ini nanti akan diberikan mantra dengan asap kemenyan agar makhluk ghaib yang telah dipanggil sebelumnya gampang masuk atau kesurupan.

Setelah kesurupan, peserta akan berprilaku seperti hewan sesuai dengan makhluk ghaib yang dipilihnya. Beberapa peserta juga menambahkan properti seperti topeng dan jubah naga, lalu menari bebas di tengah lapangan acara.

“Sesuai sikapnya (Hewan) yang dipilih. Nanti bebas mereka mau apa,” kata Muslimin.

Para peserta yang terlihat tidak sadarkan diri bertingkah di luar kebiasaan manusia normal. Beberapa tingkah yang bahkan terlihat menakutkan itu seperti memakan pecahan kaca (Beling), memakan ubi dan pisang mentah yang telah bercampur lumpur dan dilindas sepeda motor.

Pertunjukan ini biasanya berlangsung selama enam jam dengan iringan musik tradisional khas Jawa. Penonton yang lemah secara mental disarankan untuk tidak menonton atau menaburi bedak yang telah disiapkan.

“Kalau yang lemah atau anak-anak disarankan untuk tidak menonton. Atau kalau mau nanti ada bedak yang kami siapkan, jadi tidak ketakutan atau mimpi buruk,” ucap Muslimin.

Baca Juga
Tinggalkan komen