Logo

Cerita Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan, Kerja Tak Kenal Waktu

Tri Aryo, salah satu Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan. Foto, Cindy/BN

Tri Aryo, salah satu Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan. Foto, Cindy/BN

BENGKULU – Salah satu anggota Buruh Primer Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelangi Pulau Baai (Primkop – TKBM), Trio mengungkapkan selama 5 tahun bekerja sebagai buruh di pelabuhan dalam sehari ia mendapatkan upah sebesar Rp250 ribu sampai Rp300 ribu dan harus dibagi rata oleh anggota dalam satu kru berjumlahkan 4 sampai 5 orang.

Jika biasa pekerja toko maupun pabrik bekerja selama 8 jam, maka Ia dan rekannya bisa bekerja selama 24 jam.

“Tergantung kapan kapal datang, kalau sore kita muat sore. Kalau malam ya loading (Bongkar) malam,” kata Trio pada Bengkulunews.co.id Minggu (20/08/22) siang.

Selain jam kerja yang tidak menentu, Trio pernah memuat barang seberat 500 ton untuk satu kapal.

“Sehari 200 sampai 250 ton, kalau untuk loading muatan 3000 tu seminggu lah. Liat cuaca juga,” sambungnya.

Belum lagi saat ini kapal yang berlabuh mulai sepi, sehingga Ia harus mencari profesi lain sembari menunggu.

Berbagai profesi ia kerjakan, mulai dari menjadi kuli bangunan dan sebagainya. Ayah dua orang anak ini mencukup-cukupi, berapapun penghasilan yang didapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Namun tidak banyak juga, teman-temannya yang saat ini menagnggur karena keadaan pelabuhan yang sepi. Ada juga yang bertani, pernah juga waktu itu Trio dan rekan melakukan kesalahan.

Yakni barang muatan yang diturunkan dari kapal rusak, untungnya mereka tidak diminta ganti rugi. Hanya diberi peringatan saja, untuk bekerja lebih hati-hati lagi.

Hak yang paling memilukan lagi, pada saat pandemi corona masih merajalela. Selama berbulan-bulan tidak mendapatkan pekerjaan ataupun pendapatan, karena tidak ada kapal yang masuk.

Jika adapun, banyak persyaratan yang harus dilakukan seperti swab ataupun antigen. Walupun begitu selama jadi buruh kuli, Ia tetap bersyukur karena bisa menambah pertemanan dari berbagai daerah.

Ia berharap kedepannya pelabuhan pulau baii, dapat ramai kembali. Agar banyak pekerjaan yang dapat dilakukan para buruh.

“Karena, mayoritas dari 120 anggota buruh tergantung dari pekerjaan ini,” demikian Trio.