Berita Nasional dan Lokal #KitoNian

Bus Listrik Buatan UI Digadang jadi Inovasi Transportasi Massal Masa Depan

Bus listrik UI. Foto: Ditjen Diktiristek

JAKARTA – Universitas Indonesia (UI) turut menyemarakkan pameran Hakteknas bertema “Transformasi dan Inovasi Pendidikan melalui Teknologi” dengan menghadirkan Bus Listrik UI pada Rabu (10/8).

Bus listrik buatan dalam negeri kolaborasi antara dosen dan mahasiswa UI itu mengedepankan efisiensi dan keramahan lingkungan. Inovasi ini siap menjadi public transportation massal di masa yang akan datang.

“Kita punya komitmen untuk mendukung green energy karena kita tahu salah satu penyumbang efek rumah kaca itu berasal dari polusi kendaraan,” ucap peneliti bus listrik UI, Ghani, seperti dikutip dalam rilis Ditjen Diktiristek di Jakarta, Kamis (11/8/2022).

Hadir dengan penampilan yang eye catching, bus listrik UI mendapatkan apresiasi baik dari banyak kalangan. UI berperan sebagai inovator yang menyediakan kerangka serta rancangan bus listrik.

UI kemudian bekerja sama dengan PT Mobil Anak Bangsa (MABI) di Kudus. Pembuatannya membutuhkan waktu enam bulan, mulai dari proses desain hingga produksi yang dirancang oleh mahasiswa berbagai disiplin ilmu, antara lain teknik mesin dan elektro.

Memiliki kemudi terbuat dari Elektro Hidrolik Power Steering dengan daya motor 130 kW dan torsi motor 1400 Nm, bus listrik UI dapat mewujudkan misi pemerintah dalam menurunkan emisi karbo dalam sektor transportasi.

“Bus listrik UI memiliki lama charging selama dua jam, tergantung kapasistas charger kita. Untuk pemakaian sekali charging itu bisa menempuh 200-250 Km dan bisa digunakan dari Jakarta-Cirebon,” jelas Ghani.

Bus ini telah digunakan dalam beberapa acara di Jabodetabek, salah satunya pada pameran di JIEXPO, Kemendikbudristek, dan uji coba transportasi mahasiswa UI.

“Untuk acara paling dekat, bus listrik ini akan ikut berkontribusi dalam mempermudah transportasi pada acara G20 di Bali,” tutur Ghani.

Ghani juga mengungkapkan bahwa pembuatan mesin diesel di Indonesia sudah tertinggal jauh, hingga dua dekade, namun tidak dengan kendaraan listrik, karena hampir semua negara baru memulainya.

“Harapan ke depannya adalah adanya sinergi dari perguruan tinggi dan perusahaan-perusahaan untuk bisa lebih peduli dan fokus dalam menciptakan output yaitu produk yang layak serta siap jual, bukan hanya sebatas rancangan saja,” pungkas Ghani.

Infopublik

Baca Juga
Tinggalkan komen