Transformasi Limbah Menjadi Solusi: Pembuatan Eco-enzyme dan Pupuk Organik Cair Sebagai Upaya Pengembangan Pertanian di Pulau Enggano

Dwinka Kurniawan
Transformasi Limbah Menjadi Solusi: Pembuatan Eco-enzyme dan Pupuk Organik Cair Sebagai Upaya Pengembangan Pertanian di Pulau Enggano

BENGKULU – Kecamatan Enggano merupakan salah satu pulau terluar yang berada di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Pulau ini memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian dan perikanan.

Potensi pertanian di sektor perkebunannya terbilang cukup besar dengan komoditas unggulan, seperti pisang, jengkol, dan kakao. Sebagai ilustrasi, lahan perkebunan pisang di Enggano tercatat mencapai 1.500 ha dengan total produksi mencapai 2.400 ton/tahun.

Meskipun memiliki sumber daya alam yang menjanjikan, sektor pertanian di Enggano masih dihadapkan sejumlah tantangan yang signifikan. salah satu kendala utamanya adalah terbatasnya akses transportasi yang diakibatkan oleh pendangkalan alur pelayaran yang menghambat pendistribusian hasil panen ke luar pulau.

Hal ini berakibat sebagian besar hasil panen terbuang sia-sia karena tidak sesuai dengan permintaan toke (pengepul). Selain itu, para petani juga menghadapi permasalah di sektor budidayanya, yaitu serangan hama keong dan bekicot yang kerap merusak tanaman, khususnya di lahan persawahan.

Kondisi ini menunjukkan perlunya solusi alternatif berbasis lokal untuk meningkatkan produktivitas, ketahanan pertanian.

Tantangan lain yang cukup krusial adalah persoalan limbah baik dari kegiatan rumah tangga maupun dari hasil samping sektor perkebunan. Limbah-limbah tersebut, terkhusus limbah organik dari sisa sayuran, buah-buahan, ataupun pelepah tanaman, umumnya dibuang begitu saja atau bahkan dibakar tanpa proses pengolahan lanjutan.

Praktik ini menunjukkan belum optimalnya pemanfaatan sumber daya lokal yang sebenarnya memiliki potensi besar mendukung pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu mahasiswa TIM KKN-PPM Ka’anek Enggano berkolaborasi dengan KKN Universitas Bengkulu mencoba untuk memperkenalkan inovasi dalam memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk bermanfaat, seperti eco-enzyme dan pupuk organik cair (POC) dari hama keong ataupun bekicot.

Hal ini dilakukan guna meningkatkan produktivitas pertanian dengan mengurangi ketergantungan pupuk kimia yang tergolong mahal sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Dalam kegiatan sosialisasi dan praktik pembuatan eco-enzyme serta pupuk organik cair (POC) di kecamatan Enggano dilaksanakan di seluruh desa di kecamatan Enggano, yaitu Desa Kahyapu, Desa Ka’ana, Desa Malakoni, Desa Apoho, Desa Meok, dan Desa Banjarsari.

Rangkaian kegiatan ini berlangsung dari tanggal 21 Juli 2025 hingga 5 Agustus 2025, dengan fokus pada edukasi masyarakat mengenai pemanfaatan limbah organik lokal sebagai bahan baku pembuatan produk ramah lingkungan.

Kegiatan dilakukan langsung melalui sosialisasi serta praktek bersama warga dengan memanfaatkan limbah pertanian dan rumah tangga yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar, seperti kulit buah pisang, gedebog pisang, kulit jengkol, kulit bawang, hingga hama keong dan bekicot. Berbagai produk hasil olahan yang diperkenalkan meliputi biopestisida berbasis eco-enzyme, disinfektan alami, fertilizer alami, dan POC.

Selain sebagai solusi terhadap permasalahan limbah dan hama pertanian, produk-produk ini juga diharapkan dapat menjadi alternatif input pertanian yang murah, mudah dibuat, dan berkelanjutan, terutama di daerah dengan akses terbatas yang menyebabkan harga bahan dan alat penunjang pertanian cukup mahal.

Respon masyarakat terhadap kegiatan sosialisasi dan praktik pembuatan eco-enzyme dan POC menunjukkan antusiasme yang positif. Kegiatan ini mendapat dukungan dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, kelompok tani, hingga perangkat desa di keenam desa yang dilaksanakan.

Dukungan tersebut tercermin dari partisipasi aktif selama kegiatan berlangsung serta keterbukaan dalam menerima materi yang disampaikan oleh mahasiswa. Sebagian besar anggota kelompok tani yang terlibat menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat, terutama dalam hal efisiensi biaya produksi pertanian.

Mereka menganggap bahwa pembuatan biopestisida dan fertilizer alami dari bahan limbah lokal dapat menjadi solusi nyata untuk mengurangi pengeluaran serta mengurangi ketergantungan terhadap pupuk dan pestisida kimia, yang selama ini memiliki harga yang cukup tinggi.

Dukungan juga datang dari perangkat desa di setiap lokasi pelaksanaan kegiatan. Mereka menyambut baik inisiatif ini karena  dinilai dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat dalam mengelola sampah organik menjadi produk yang lebih bermanfaat dan bernilai guna.

Perangkat desa melihat kegiatan ini tidak hanya sebagai upaya meningkatkan praktik pertanian berkelanjutan, tetapi juga sebagai langkah awal untuk membentuk kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengolahan limbah, khususnya sampah rumah tangga dan pertanian.

Melalui pendekatan langsung di lapangan dan monitoring berkala, kegiatan ini diharapkan dapat diterapkan secara berkelanjutan dalam mendorong pola hidup yang lebih ramah lingkungan dan mandiri dalam pengelolaan sumber daya lokal.

Penulis: Tim KKN-PPM UGM Pulau Enggano

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!