Ekonomi Lumpuh, Enggano Bertahan Lewat Barter dan Hutang

Alwin Feraro
Ekonomi Lumpuh, Enggano Bertahan Lewat Barter dan Hutang

Warga Enggano yang sedang mengunpulkan hasil panen

BENGKULU – Sejak lumpuhnya kondisi ekonomi di Pulau Enggano. Warga yang membutuhkan kebutuhan harian seperti beras, minyak goreng, gula pasir dan lain-lain. Kini mengandalkan praktik barter dengan sesama warga.

“Ikan segenceng (1,5 kilogram) kami tukar ke beras 1 kilogram. Karena tidak ada uang, mau belanja pakai apa?,” kata Rahmawati, ibu rumah tangga di Desa Malakoni.

Situasi itu memaksa para ibu di Enggano harus berhemat untuk menggunakan kebutuhan rumah tangga. Bahkan, kata Rahmawati, kini ada sejumlah kepala keluarga yang terpaksa berutang di warung kecil untuk memenuhi kebutuhan harian mereka,

“Seorang kawan bahkan ada yang sudah utang sampai Rp4 juta untuk memenuhi kebutuhannya selama berapa bulan ini,” katanya.

Iwan, warga dari Meok mengaku karena hasil kebunnya tidak bisa dijual. Kini, ia menganggur. Kondisi itu pun menimpa hampir sebagian besar kepala keluarga yang mengandalkan pendapatan dari hasil kebun mulai dari Pisang, Kopi, Kakau, Pinang, Jantung Pisang, Daun Pisang, Melinjo, dan lainnya.

“Ada yang jadi kuli bangunan. Saya sekarang, jadi upahan proyek. Biar ada uang. Karena ini untuk anak dan istri,” kata Iwan.

Tak cuma itu, Iwan yang anaknya sedang berkuliah di salah satu kampus di Bengkulu, mengaku sudah kesulitan untuk mengirimkan biaya harian bagi anaknya di Kota Bengkulu. “Anak saya itu biasanya kami kirim Rp300 ribu dua minggu sekali. Tapi kini, sudah tak bisa. Saya minta anak saya berhemat betul,” katanya dengan wajah lirih.

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!