Logo

Ratusan Hektar Sawah di Kawasan Ini Terancam Kekeringan

REJANG LEBONG – Sebanyak 300 hektar sawah yang tersebar di Desa Rimbo Recap, Suka Marga dan Lubuk Ubar Kecamatan Curup Utara terancam kekeringan. Menurut Ketua Persatuan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Rimbo Recap, Jarot keadaan tersebut disebabkan berkurangnya debit air dari satu-satunya aliran irigasi tersier di daerah itu.

“Keadaan diperparah lagi dengan serentaknya para petani mulai melakukan penanaman, padahal sebelumnya dilakukan pertemuan agar ada jarak waktu penanaman,” katanya, Jumat (14/9/2018).

Pada umumnya para petani baru seminggu menanam padi, pada masa ini tanaman padi harus tergenang air hingga saat akan berbuah. Dengan kondisi tersebut terpaksa melakukan pembagian aliran air bergiliran atau sistem termin, siang dan malam. Serta dilakukan penjagaan hingga malam hari karena terkadang ada saja petani yang membuka aliran.

“Kekurangan air baru tahun ini terjadi, dan sangat terasa dampaknya. Karena walaupun debet aliran irigasi berkurang, bisa terbantu dari air hujan. Tetapi intensitas hujan saat ini sudah berkurang,” tutur Jarot.

Sementara itu, Kades Rimbo Recap, Ujang Ruhiyat, mengatakan penyebab utama dari kurangnya pasokan air karena memang dari saluran irigasi sekunder di Kelurahan Air Putih debet air dikurangi akibat adanya perbaikan pada pintu irigasi yang rusak pada 2017 lalu. Sehingga para pekerja membatasi debet air agar pekerjaan perbaikan cepat kering.

“Diperkirakan kekurangan air tidak hanya terdampak bagi 300 hektar saja, karena aliran air juga dimanfaatkan areal persawahan bagian hilir seperti kawasan Tempel Rejo dan Semendo, serta dua kolam milik Balai Benih Ikan (BBI) Rejang Lebong, yaitu di di Rimbo Recap dan BBI di Dusun Baru,” tambahnya.

Pihaknya menyayangkan lambatnya respon pemerintah daerah atas penanganan kerusakan irigasi sekunder, karena tidak hanya mengaliri persawahan di wilayahnya, tetapi juga empat desa lainnya di bagian hilir juga tergantung pada irigasi tersebut.

“Saat ini memasuki musim tanam ke dua, biasanya dari daerah ini bisa menghasilkan ratusan ton gabah dalam sekali panen. Tetapi saat ini dimungkinkan berkurang,” tutup Ujang.