Logo

Mitos Atau Fakta, Tidak Jalankan Ritual Tabot Akan Ada Musibah?

Upacara Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang diadakan untuk mengenang kisah kepahlawan Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak.

Tabot dirayakan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 Muharam pada setiap tahunnya dengan tujuan untuk memperingati gugurnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad SAW oleh keluarga Yazid dan kaum Syiah, dalam perperangan di Karbala pada tahun 61 Hijriah.

Ketua Sekretariat Tradisi Budaya Keturunan Keluarga Tabut Bengkulu Oza Oktarino mengatakan, budaya ini terus dilakukan secara turun temurun oleh keturunan keluarga tabut atau seseorang yang memiliki Penja.

“Dia berhak menjalankan ritual tersebut. biasanya penja itu turun temurun. Keturunan bisa lewat perkawinan dari kakek, nenek atau orang luar,” kata Oza pada Bengkulunews.co.id Sabtu (21/5/21) siang.

Namun banyak juga mitos yang mengatakan bahwa jika ritual tabut tidak dilaksanakan, maka akan ada musibah yang terjadi. Menurut Oza hal tersebut merupakan kepercayaan di masa lampau, yang saat ini kepercyaan tersebut sudah mulai luput.

Oza mengaku dulu nenek moyang yang menjalankan ritual tersebut pernah melihat harimau maupun ular bahkan ada yang kesurupan. Tidak hanya itu pada tahun 80an dirinya dan teman-teman sanggar Mayang Sari dilarang untuk menabuh Dol sebelum tanggal 1 muhharam oleh Pemangku yang katanya akan mengakibatkan datangnya penyakit dan musibah. Tetapi sekarang banyak Dol yang ditabuh di sanggar-sanggar.

Seiring berjalannya waktu kepercayan itupun pudar, bahkan pada saat pandemi Covid-19 upacara tabut tidak terlaksanakan dan hanya melakukan penyimbolan saja dari keluarga tabut.

“Apakah ketika kita melakukan ritual, bisa kita hentikan covid, tidak. Inikan budaya bawaan serapan bukan lokal, kalau lokal bisa kita pertahankan. Budaya inikan kita yang menjalankan,” sambunya.

Dengan tidak terlaksananya ritual Tabut pada waktu pandemi tidak menimbulkan dampak, itu membuktikan bahwa hal tersebut adalah mitos yang diyakini oleh nenek moyang pada zaman dahulu.

Jadi Tabut merupakan budaya yang dikembangkan oleh masyarakat, percaya atau tidaknya masyarakat dengan hal-hal mistis yang terjadi saat prosesi ritual Tabut tergantung dari setiap Individu. Tentunya hal dapat kita lakukan adalah menghargai perbedaan tersebut dan mempertahankan budaya tersebut sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.