Bengkulu News #KitoNian

Mengenal Tradisi Ceng Beng, Cara Warga Tionghoa Ziarah ke Makam Leluhur

Penulis : Cindy

Persiapan yang dilakukan warga Tiongoa saat tradisi Ceng Beng. Foto, Cindy/BN

BENGKULU – Hallo Viewers Happy Sunday, wah wah minggu gini cuaca lagi teduh banget ya viewers. Hem udah gak kerasa ni kita udah memasuki pertengahan bulan, wah cpet banget ya viewers. Bulan depan kita udah masuk bulan puasa aja ni, hem biasanya saat memasuki bulan puasa banyak masyarakat muslim ziarah ke makam keluarga ya viewers tujuannya untuk mendoakan keluarga yang sudah berpulang kepada sang pencipta.

Ngomong-ngomong soal ziarah, ada satu tradisi ziarah yang cukup unik loh. Namun tradisi ini dilakukan oleh orang-orang Tionghoa atau keturunan Tionghoa. Apa si nama tradisinya ? Nah tradisi ini di sebut ‘Ceng Beng’.

Apa si Ceng Beng itu? Ceng Beng dalam bahasa Tionghoa adalah adat untuk melakukan ziarah kubur tahunan bagi etnis Tionghoa, perayaan Ceng Beng dilakukan tiap tanggal 5 April. Perayaan ini bisa dilakukan sebelum hari H, jika ada halangan.

Menurut Ami pedagang perlengkapan sembayang di kampung cina ini, tujuan diadakan Ceng Beng adalah agar keluarga dapat berkumpul bersama dan mengeratkan hubungan keluarga.

Namun ada sederetan tradisi yang harus dilakukan keluarga sebelum ziarah ke kuburan keluarga atau leluhur.

Keluarga akan berdoa di rumah masing-masing dan membakar garu atau dupa untuk mendoakan leluhur, lalu mempersembahkan buah-buahan serta makanan untuk kepada leluhur.

Makanan yang harus dipersembahkan antara lain kue basah, arak, teh, manisan dan menu utama. Menu utama tersebut harus terdiri dari tiga hewan dengan unsur yang berbeda yaitu hewan laut, hewan darat, dan hewan udara.

Setelah berdoa di rumah para keluarga berkumpul di pemakaman keluarga untuk membersihkan makam serta menaruh persembahan yang sama dan berdoa untuk keluarga yang sudah meninggal.

Setelah itu keluarga terlebih dahulu menyiapkan baju, sepatu , uang dan hal-hal yang pernah dipakai oleh orang hidup. Namun barang-barang tersebut terbuat dari kertas yang berbentuk menyerupai benda yang dipakai semasa hidup.

Hal ini dilakukan hanya untuk simbolis bahwa orang yang sudah meninggal masih memiliki kehidupan selanjutnya di alam sana, yang dimana jika sudah meninggal rumah yang berada di dunia tidak dapat dibawa ke alam tersebut. Sehingga dibuatlah tradisi bakar uang dan baju untuk dikirimkan kepada leluhur lewat asap bakaran.

Saat sudah memberishkan makam dan membakar uang dan baju serta memberikan persembahan dan menebar bunga keluarga menancapkan kertas perak tanda bahwa makam sudah di bersihkan, lalu barulah keluarga mendoakan kembali leluhur dan keluarga mereka yang sudah tidak ada.

Jika sudah menyelesaikan tradisi tersebut, para keluarga biasanya duduk sambil menunggu garu atau dupa yang dibakar habis. Sembari menunggu, para keluarga membagi dua Bapao yang telah disediakan untuk dilempar pada makam. Simbol ini bertujuan agar keluarga atau leluhur yang sudah meninggal dapat merasakan makan bersama keluarga.

Nah itu dia viewers rangkaian tradisi Ceng Beng masyarakat Tionghoa. Tentunya tradisi ini diturunkan secara turun temurun, untuk saat ini tradisi ini sudah mulai jarang dan para masyarakat Tionghoa sudah tidak lagi memberihkan makam sendiri tapi dengan meminta bantuan kepada petugas makam. Kiranya tradisi ini bisa tetap ada sampai anak cucu kita nanti ya. Bye-bye.

Baca Juga
Tinggalkan komen