Logo

Lumpang Alu: Tumbukan Kayu Tradisional yang Sering Dijumpai di Pedagang Rujak

BENGKULU – Lumpang Alu merupakan alat dapur tradisional yang digunakan untuk menumbuk padi. Namun seiring bekembangnya zaman, alat ini sendiri digunakan untuk berbagai kebutuhan dapur. Mulai dari menghaluskan bumbu masakan hingga membuat olahan makanan.

Tidak hanya itu lumpang alu juga digambarkan sebagai simbol kemesraan antara laki-laki dan Perempuan, karena bila dilihat kedua alat tersebut tidak bisa digunakan jika salah satunya tidak ada. Sehingga keduanya memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Hal tersebut berdasarkan fungsi lumpang sebagai landasan bahan yang nantinya akan dihaluskan, sedangkan alu merupakan alat penumbuk atau penghalus. Sehingga kedua alat tersebut saling bergantungan satu sama lain.

Lumpang dan alu sendiri memiliki dua jenis ada yang terbuat dari kayu dan batu. Namun kebanyakan masyarakat menggunakan lumpang alu dari kayu, untuk membuat olahan makanan.

Salah satu olahan makanan yang menggunakan alat tersebut yakni rujak bebek. Rujak ini sendiri dikelola dengan cara menumbuk semua bumbu dan buah secara bersamaan menggunakan lumpang alu.

Salah satu pedagang rujak buah di Pantai Panjang, Chika menuturkan bahwa dirinya juga menggunakan lumpang dalam kebutuhan sehari-hari ketika berada di dapur. Namun ketika Ia memutuskan untuk berjualan rujak buah, alat tersebut dialihfungsikan.

“Lumpak atau tumbuk kayu itu saya sudah memakainya sudah lama ya, sebelum jualan rujak. Setelah memutuskan jualan, digunakan untuk membuat rujak bebek dan menghaluskan kacang,” kata Chika pada Bengkulunews.co.id Kamis (19/10/23) siang.

Menurutnya ketika membuat rujak bebek menggunakan lumpang alu, buah dan bumbu lebih tercampur. Tidak hanya itu hasil menumbuk kacang menggunakan lumpang jauh lebih halus, dari pada menggunakan cobek. Bentuknya yang seperti tabung, serta alu panjang memudahkan pengguna untuk menghaluskan bumbu tanpa takut tercecer maupun mengalami panas di tangan jika terkena cabe.

Chika mengaku bahwa alat tersebut sangat awet. Namun yang harus diperhatikan adalah kondisi dalam lumpang alu tidak boleh basah maupun lembap. Lumpang yang sudah digunakan harus dicuci bersih, kemudian ditelungkup atau posisi bawah ke atas.

Sehingga air yang ada bisa keluar dan tidak meresap pada lumpang, kemudian lap bagian dalam menggunakan kain bersih agar alat tersebut lebih tahan lama.

Chika menyampaikan bahwa lumpang sendiri dapat dijumpai di daerah liku Sembilan, Bengkulu Tengah. Karena di daerah tersebut banyak menjual berbagai alat tradisional, baik celurit, lumpang, hingga lainnya.

“Kalau mau awet lumpang itu tidak boleh basah. Jadi setelah dipakai ditelungkupkan supaya kering, karena kalau tidak nanti ada serbuk-serbuk kayu. Alat ini tidak hanya ada di Jawab, di Bengkulu juga ada, terkhusus di sepanjang jalan liku Sembilan itu,” demikian Chika.