Logo

Fenomena La Nina Diprediksi hingga Februari 2022, Bengkulu Bersiap

Pertemuan bersama di Balai Raya Semarak, Selasa (2/11).

Pertemuan bersama di Balai Raya Semarak, Selasa (2/11).

BENGKULU – Sebagai langkah kesiapsiagaan menghadapi fenomena La Nina, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu secara sigap berkoordinasi bersama BMKG, Basarnas dan juga BPBD guna mengantisipasi dampak buruk bahaya hidrometeorologi. Seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang, yang dipicu fenomena tersebut. Hal ini, dibahas dalam pertemuan bersama di Balai Raya Semarak, Selasa (2/11).

Kepala BMKG Provinsi Bengkulu, Klaus Johannes Apoh Damanik menyampaikan kesiapsiagaan pemerintah daerah dan masyarakat ini merujuk pada potensi La Nina di Indonesia yang diprediksi dapat terjadi pada periode Oktober 2021 hingga Februari 2022. Fenomena tersebut merupakan anomali iklim global yang dapat memicu peningkatan curah hujan.

“Kita memprediksi La Nina bisa sampai bulan Februari tahun depan, dan November ini masa puncak hujan tinggi untuk provinsi Bengkulu,” ungkap Damanik sapaan akrabnya usai pertemuan.

Lebih lanjut, menurutnya informasi ini akan diteruskan ke masyarakat agar dapat menyiapkan diri jikalau sewaktu-waktu terjadi bencana banjir, maupun longsor.

“Perlu kesiagaan, dan penyampaian informasi yang benar ke masyarakat terkait upaya antisipasi jika kejadian bencana terjadi. Untuk itu, tadi Gubernur mengambil langkah cepat, agar segera dilaksanakan Apel kebencanaan dan tim dapat segera terbentuk,” jelas Damanik.

Sementara Gubernur Rohidin Mersyah mengungkapkan ada beberapa langkah strategis yang diambil. Di antaranya Kabupaten/kota diminta menginformasikan pemetaan potensi bencana, mulai lokasi dan sektor apa yang akan terkena dampak bencana.

Kemudian, daerah potensial bencana diminta membangun posko kesiapsiagaan, dan selanjutnya akan dilakukan apel siaga, agar pembagian tugas dari masing-masing sektor. Sehingga ketika situasi bencana terjadi dapat dilakukan langkah cepat tanggap.

“Untuk banjir, selama ini sudah mendapatkan pemetaannya hampir permanen sumber utamanya yaitu dari daerah aliran sungai (DAS), kemudian longsor di beberapa wilayah yang memang topografi lahannya sangat potensial terjadi bencana. Dan potensi banjir yang akan merusak sistem usaha tani masyarakat, penting untuk dikomunikasikan. Jika memang akan terjadi banjir dapat dipanen lebih dulu,” terang Rohidin. (MC)