Logo

Trik Pengusaha Ayam Berjuang Lewati Covid-19

BENGKULU – Ahmad Tri Ardiansyah atau kerap dipanggil Acong merupakan pemilik peternakan ayam dengan nama Sarimoon Farm. Peternakan yang dibangun sejak tahun 2018 tersebut, kini menghasilkan 22 ikat/220 karpet atau sekitar 6.600 butir telur  perharinya.

Namun hal tersebut tidaklah semudah seperti yang terlihat. Terlebih ketika pandemi melanda, saat itu dirinya baru saja merintis usaha tersebut. Kendala muncul ketika harga telur merosot menjadi Rp27 hingga Rp30 ribu per karpetnya. Sehingga bertolak belakang dengan biaya pakan yang dikeluarkan untuk ternak.

“Jadi kita yang jual telur tidak seimbang sama pembelian pakan ayam perharinya,” tutur Ahmad pada Bengkulunews.co.id Kamis (26/10/23) siang.

Tentunya hal tersebut menimbulkan keresahan bagi dirinya bersama dengan peternak lain. Hingga pada akhirnya mereka yang tergabung di dalam sebuah organisasi peternak ayam, mencari solusi untuk menekan harga pakan.

Mereka menggunakan pakan selfmixing atau pakan adukan sendiri, dengan formula jagung yang sudah digiling, dedak dan konsentrat yang dicampur menjadi satu. Kemudian diberikan kepada ayam ternak mereka, siapa sangka hal tersebut berhasil membuat pengeluaran biaya pakan mengecil dari pada ketika mereka membeli di pabrik.

Tidak hanya itu mereka juga mengaktifkan diri dalam bantuan sosial, karena di sana peternak mendapatkan harga jual yang masuk akal. Namun tidak banyak juga para peternak yang gulung tikar akibat pandemi yang begitu dahsyat selama beberapa tahun.

“Alhamdulillah-nya kami bisa bertahan, hingga  harga telur yang saat ini stabil,” sambungnya.

Hal tersebut juga tidak lepas dari adanya KUR yang mereka gunakan. Semua itu berawal ketika Bank BRI memberikan sosialisasi perihal  masalah pinjaman KUR san lainnya. Tentu hal tersebut menarik minat mereka yang kala itu masih berjuang melawan pandemi, sedangkan Ahmad mengambil untuk membangun kandang.

Sayangnya ketika pandemi tiba, dana yang semula untuk pembesaran kandang harus dialihkan kepada kebutuhan  pengembangan ternaknya kala itu.

“Jadi di fase itu KUR yang harusnya ke progres pembesaran kandang, sempat terhenti. Karena banyak modal yang harus dilarikan ke pakan ayam. Jadi saya kemaren lagi pembesaran kandang ke enam di populasi enam ribuan. Karena kondisi kemarin pembangunan terhenti, kami para peternak lebih fokus ke pakan layer. Layer itu tidak bisa lewat jam atau tidak dikasih makan dalam sehari, itu bisa mengganggu produksi nya. Sedangkan untuk menaikkan produksi itu tidak bisa dalam waktu yang singkat,” jelas Ahmad.

Siapa sangka perjuangannya melawan pandemi berhasil membawa peternakannya naik bahkan berhasil menghasilkan banyak bibit. Dari awalnya dua ribu bibit ayam, kini sudah ada delapan ribu, dengan kapasitas kandang 15 ribu ayam.

“Kalau awal dua ribu, nah sekarang kapasitas kandang  sudah 15 ribu dan yang terisi delapan ribu. Kita sekarang lagi pembesaran doc untuk bibit baru. Adanya KUR Sangat membantu ya, juga hampir semua peternak menggunakannya. Karena untuk bangun kandang yang populasi nya lumyan besar, bunga KUR sangat membantu untuk di usaha. Menurut saya itu bunga paling kecil sih,” demikian Ahmad.