Logo

Sekolah Ini Punya ‘Intel’ untuk Antisipasi Kasus Bullying

BENGKULUBullying atau penindasan merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan dengan sengaja baik oleh satu orang maupun berkelompok. Perorangan atau kelompok yang menindas biasanya lebih kuat atau memiliki kuasa terhadap orang lain, dengan tujuan menyakiti korban.

Bullying atau penindasan tersebut dilakukan secara terus menerus, baik secara fisik maupun psikis. Bullying sendiri dapat terjadi dimanapun baik lingkungan sekolah, pertemanan, pekerjaan hingga keluarga.

Maraknya kasus Bullying di berbagai tempat terutama satuan pendidikan, menjadikan pemerintah gencar untuk memberikan program anti Bullying. Program tersebut menggerakkan SMA N Satu Kota Bengkulu, mengambil langkah yang sama dalam menangani kasus Bullying di sekolah.

Mashinta Julianti selaku guru Bimbingan Konseling di SMAN 1 Kota Bengkulu menegaskan bahwa sekolahnya sudah mengambil tindakan untuk mencegah kasus bullying sejak beberapa tahun yang lalu.

Mashinta Julianti selaku guru Bimbingan Konseling di SMAN 1 Kota Bengkulu. Foto, Cindy/BN.

“Jadi SMAN satu melalui kepala sekolah, itu sudah membuat program tersendiri namanya anti-bullying. Sebenarnya dari beberapa tahun lalu, kepala sekolah sudah fokus untuk menangani kasus bullying. Tetapi untuk program ini sendiri baru tahun 2023 berjalannya,” kata Shinta saat diwawancarai Bengkulunews.co.id Jumat (04/08/23) siang.

Program anti-Bullying sendiri melibatkan peranan besar setiap anggota sekolah, baik siswa, wali kelas, guru BK hingga kepala sekolah. Adapun lewat program ini sekolah menyematkan intel di setiap kelas, untuk mengamati setiap pergerakan yang menuju kepada perundungan.

Para intel cilik ini dipilih langsung oleh guru koordiantor program anti-bullying, tanpa diketahui oleh warga sekolah lainnya. Mereka akan memberikan laporan atau pengaduan jika adanya tindakan kekerasan di dalam maupun luar kelas.

Tentunya rahasia siapa intel cilik tersebut sangat terjaga, sehingga mereka dapat melindungi siswa lain dari perundungan. Intel cilik yang dipilih dari siswa ini menurut Shinta sangatlah efektif untuk mengantisipasi perundungan, dikarenakan mereka mengalami, melihat dan merasakan langsung situasi dalam kelas.

Siwa/siswi SMAN 1 Kota Bengkulu. Foto, Cindy/BN.

“Tentu ya kita menjaga keamanan dan kerahasiaan anak-anak yang menjadi pengamat atau intel tersebut. Anak-anak yang kita utus juga tidak semata-mata kita turunkan saja, tetapi mereka ini bergerak dalam diam. Sehingga tidak diketahui oleh siswa lain,” jelasnya.

Jika ditemukan adanya perundungan maka intel cilik akan melaporkan hal tersebut kepada koordinator program atau bisa menuliskannya dalam bilik aduan yang disediakan. Barulah nantinya koordinator program atau guru BK, akan mengambil tindakan dalam menangani kasus tersebut.

Pengamatan ini tidak berlaku diantara siswa saja, juga tetapi juga kepada guru. Sehingga memberikan batasan kepada guru dalam melakukan komunikasi ataupun gerak gerik agar tidak mengarah pada bullying.

Shinta berharap dengan berjalannya program tersebut anak-anak dapat saling belajar mengahargai sesame. Sehingga tindakan bullying atau penindasan di sekolah  dapat diatasai, mengingat dampak dari hal tersebut sangat besar baik untuk korban maupun pelaku.

“Yang jelas pertama kami pihak sekolah berharap anak-anak memahami bahwa dampak bullying sangat berat baik bagi korban dan pelaku. Sehingga meraka dapat menghargailah untuk sesama, juga ini sebagai benteng bagi kami guru. Pengingat kami bahwa dalam komunikasi maupun gerak gerik sama-sama belajar agar tidak terjadi permasalah-permasalahan yang menuju pada tindakan bullying itu sendiri,” tutup Shinta.