Logo

Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan Penyintas Kekerasan

Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan Penyintas Kekerasan

Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan Penyintas Kekerasan

BENGKULU – Yayasan Pusat Pendidikan Untuk Perempuan dan Anak (PUPA) menggelar pelatihan kewirausahaan dan pemberdayaan ekonomi perempuan penyitas kekerasan, Minggu (19/06/2022). Acara ini menghadirkan Direktur Airnav Indonesia Polana B Pramesti.

Polana mengatakan tujuan diadakan acara tersebut untuk memberikan bekal dalam membantu perempuan penyintas keluar dari trauma kekerasan yang mereka alami.

“Tetap semangat dan tetap mandiri, agar tidak tergantung kepada laki-laki maupun pada orng lain. Terutama ibu-ibu ini kan, juga punya anak-anak yang diharapkan, tidak teradampak akibat kekerasan yang dirasakan oleh orangtua atau anak itu sendiri,” kata Polana pada Bengkulunews.co.id.

Direktur Yayasan Pusat Pendidikan Untuk Perempuan dan Anak (PUPA) Susi Handayani mengatakan dari data pengadilan agama ada tiga orang perempuan yang ingin melepaskan status perkawinannya tersebut.

Susi menjelaskan alasan perempuan tersebut ingin lepas dari status pernikahan, disebabkan oleh kekerasan yang diterima dalam menjalani hubungan rumah tangga dan faktor ekonomi maupun karakter sang suami.

Kekerasan yang dirasakan oleh perempuan penyintas juga berlapis, dari mengalami penelantaran ekonomi, pemukulan hingga penghinaan.

“Faktor kekerasan dalam rumah tangga, dari kronologi yang dialami oleh keluarga. Itu memang, karakter suami keras, tempramental, kemudian tidak mudah percaya. Itu yang awal-awalnya membuat ketegangan-ketegangan, tapi memang dominannya itu adalah ekonomi. Jadi ketika covid kemarin gak punya uang dan pekerjaan, itu yang akhirnya memicu ketegangan,” jelas Susi.

Tidak hanya itu, Susi mengatakan dari 25 perempuan penyitas yang dibimbingnya, sebanyak 60 persen perempuan mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan 40 persen kekerasan seksual.

Perempuan-perempuan tersebut tentunya membutuhkan bimbingan, selain membantu mereka bangkit dari traumanya Susi juga membantu mereka dalam memberdayakan perekonomian mereka.

Bantuan tersebut tentunya dari kerja sama yang ia jalin dari berbagai instansi dan lembaga yang ada. Setiap tahunnya ia selalu berusaha membangun kemitraan untuk peberdayaan ekonomi perempuan penyitas.

Susi mengatakan bahwa bantuan yang mereka berikan berupa barang. Tentunya barang yang diberikan tersebut akan jauh lebih bermanfaat dan bisa membantu usaha para penyitas.

“Nah untuk bantuan, dari kementrian itu harus berupa barang. Misal, ada yang bisa sulam, berarti kita harus membelikan benang sulam, memang dia ada pelapornya. Tapi, kita harus sesuaikan, tidak boleh berbentuk uang. Jadi kenapa banyak barang-barang, ternyata setelah diidentifikasi mereka banyak yang menjual makanan ataupun pernak-pernik,” sambungnya.

Dari kegiatan tersebut Ia mengharapkan bahwa perempuan penyitas dapat kembali bangkit dari keterpurukan, baik secara psikis maupun ekonomi.

“Dengan adanya bantuan ini, para perempuan-perempuan bisa membangun usaha mereka dan memperbaiki ekonominya. Untuk anak-anak mereka, tetap semangat,” demikian Susi.