Bengkulu News #KitoNian

Mawar di Hujan Juli Ramaikan Pameran Rima Rupa

BENGKULU – Salah satu pelukis asal Bengkulu, Yuni Darlena menampilkan karyanya pada even pameran seni rupa secara virtual Rima Rupa. Karya ini ditampilkan pada di Youtube channel Jogja Disability Arts, 15 Juli 2021.

Dalam pameran yang digagas Galeri R.J. Katamsi, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dan Jogja disability Arts ini, Yuni memamerkan karyanya yang berjudul “Mawar di Hujan Juli dan Memecah Karang”.

Yuni mengatakan, even ini merupakan wadah kreatifitas bagi para pelukis disabilitas untuk tetap berkarya meski Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19. Selain Yuni ada juga pelukis disabilitas lain dari 10 kota yang ada di Indonesia.

“Semoga event seperti ini terus berlanjut sehingga bisa memberi ruang bagi disability utk terus berkarya. Sukses buat perupa disability,” kata Yuni pada bengkulunews.co.id, Jumat (16/7/2021).

Rima Rupa adalah sebuah even pameran seni rupa secara daring/virtual. Pameran yang digagas bersama antara Galeri R.J. Katamsi, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dan Jogja disability Arts merupakan salah satu upaya upaya mewujudkan partisipasi penuh dan kesamaan kesempatan disabilitas dalam bidang seni di tingkat nasional dan internasional.

Mawar di Hujan Juli karya Yuni Darlena

Judul ini dipilih untuk menandai keberagaman dan kebebasan dalam berekspresi secara visual baik pilihan gaya dalam seni rupa, teknik, maupun ide para peserta yang mengikuti pameran ini. Seperti halnya sebuah rima, pameran yang berulang dalam keragaman dan kebebasan ini akan berusaha untuk menemukan irama dan keindahannya dalam bahasa rupa. Pameran ini secara khusus diperuntukan disbilitas pegiat atau pelaku seni diseluruh Indonesia dengan tujuan untuk memberikan ruang ekspresi, apreseasi, dan komunikasi melalui media seni rupa.

Pameran yang di ikuti disabilitas dari sepuluh kota yaitu Yuni Darlena (Bengkulu), Agus Yusuf (Madiun), Anfield Wibowo (Jakarta), Anugrah Fadly Kreatoseniman (Yogyakarta), Arih Lystia (Bandar Lampung), Clive Verrell Isatyawan (Banten), Dinihari Suprapto (Jakarta), Dwi Putro aka Pak Wi (Yogyakarta), Eprisa Nova Rahmawati (Banjarnegara), Karin Josephine (Jakarta), Kusdono Rastika (Cirebon), Lala Nurlala (Bandung), Mochammad Yusuf Ahda Tisar (Lampung), Puji Lestari (Yogyakarta), Rofita Sari Rahayu (Yogyakarta), Wiji Astuti (Yogyakarta) dan Winda Karunadhita (Bali).

Pameran ini sangatlah positif bagi disabilitas pelaku seni karena dengan memberikan ruang dan kesempatan adalah salah satu bentuk aksesibilitas, agar disabilitas dapat mengaktualisasikan diri di dalam masyarakat, terutama juga di dalam atmosfer senirupa dan memberikan khsanah dunia seni rupa Indonesia Harapannya Pameran ini dapat menjadi pondasi yang kuat sebagai pijakan yang kuat bagi disabilitas pelaku seni memasuki wilayah-wilayah seni yang lebih besar. (red)

Baca Juga
Tinggalkan komen